Rumah Ilalang
(dongeng kini manusia Bali)
aku tak lagi menyimpan: potretku kotor dan lusuh
kupu-kupu berkepala ular ular berbadan kupu-kupu
membawanya menenun waktu menari sebagai sungai membelah bumi
dengan kuda tuarang kutinggalkan rumah ilalang
berkabar pada pohon-pohon di dasar belantara
berkendara cuaca biru pekat suara kepak dingin
menghisap napas bintang merah
berkabar pada burung-burung tentang mimpi layu dan hutan buatan
di bawah tanah gerimis terbaring
sebuah cakrawala mengalunkan duka semesta
tanganku menjemput rahasia yang bangkit dari tanah
aku menikamkan mata jari aku mengalirkan tangis
lewat ke dua matamu ke dermaga tua
di pelabuhan hati menunggu keranda dan sepasang cahaya tersamak
kapal-kapal menyembunyikan gema dari ruang gelap
bulan perunggu gemetar membuang bayang-bayang
tergantung tanpa puisi menyalakan malam
hanya matahari kulihat cuma matahari
sepasang matahari berdarah
hutan mimpi begitu luas seluas foto udara penuh warna
dalam kartu pos dari deventer
kata-kata tercinta habis membakar
wajahku terpahat sepasang tarian terbungkus sukma semesta
menghentak sayong menggetarkan tali roh sampai tanah
jauh! jauh ke kubur. ke kubur api
yang setia menunggu di pintu ilalang.
Puisi: Rumah Ilalang
Karya: Sindu Putra