Percakapan Seorang Kelana dengan O
Kelana : Engkau diam memaku
Bicara lewat mata
Membuat aku terpana
Membuat aku lupa
Siapa diriku adanya
Engkau memancarkan wibawa
Selalu berdo’a dan memuja
Membuat aku segan
Takut melakukan kesalahan
Engkau si pemilik cinta
Adalah seumpama rahim Bunda
Membuat aku terharu
Titikkan airmata
Aku tak kuasa memalingkan muka
Tak kuasa menahan degup jantung
Ingin mengetahui
Siapakah tuanku sebenarnya
(Suburlah, subur pohon kebajikan
Gemburlah, gembur persemaian keindahan
Sang pujangga harus berani menelanjangi
kenyataan)
O : Aku adalah batu
Beribu api
Berbapak air
Tempatku di rimba belantara
Balaku srigala dan singa
Tungganganku burung garuda
Aku tapa brata
Aku jiwanmukta
Aku sejumlah senjata
Aku musuh para kurawa
Aku adalah gagasan
Aku adalah perbuatan
Aku melakukan pembunuhan
Aku mengukir takdir
Aku menatah salib
Aku menguntai karma
Aku mewarnai padma
Aku delapan jalan semesta
Aku jalannya matahari
Aku jalannya bulan
Aku jalannya bintang
Aku jalannya angin
Aku jalannya mendung
Aku jalannya api
Aku jalannya samudra
Aku jalannya bumi
Kelana : Tuanku
Lewat kehadiranmu aku mengerti
Aku melihat
Kebahagiaan menampakkan diri
Dialah purnama di malam gulita
Dialah sekuntum bunga di padang ilalang
Tak terangkum dalam kata
Tak terungkap oleh suara
Gerak ataupun warna
Aku sang musafir
Telah meninggalkan dzikir
Menjadi seorang kafir
Sebab kerinduan tak tertahankan
Ingin bertemu
Mengabdi kepada Tuanku kebenaran
Aku hanya debu
Terlilit kebodohan dan nafsu
Ingin bertanya
Apakah sebab Tuan bicara kepada hamba?
(Mengalirlah, mengalir air kehidupan
Hanyutlah, hanyut mendung kematian
Sang pujangga harus berjuang demi kebenaran)
O : Aku datang tak ada yang menitah
Aku pergi bukan karena diperintah
Sebab aku kemandirian
Yang menggariskan batas-batas
Kejahatan dan kebajikan
Kepalsuan dan keabsahan
Kesucian dan noda
Kebajikan dan dosa
Aku merambah hutan
Membuka jalan
Mengumpulkan bahan
Mendirikan bangunan
Membuat pintu dan jendela
Memegang kuncinya
Menyimpan harta peninggalan para raja
Mengetahui lorong-lorong rahasia
Kuwujudkan diriku
Kujadikan engkau sekutuku
Sebab engkau berani
Tanggalkan seluruh pakaian
Engkau tega matikan raga
Engkau kuat hidup di antara mayat
Engkau sadar dunia ini kegilaan belaka
Kelana : Tuanku,
Rasa ini hanya satu
Tunggal walau terlihat seribu
Jernih bagai tirta
Manis bagai madu
Aku pengembara
Meninggalkan teman dan saudara
Hayati jalan tercela
Sebab dikuasai cinta birahi
Ingin menyetubuhi ilmu pengetahuan
Dan beranak pinak kebajikan
Aku setitik air di tengah samudra
Mencoba menemukan jati diri
Rahasia hati
Sekali lagi hendak bertanya
Kalau tuanku telah menyatakan
Ini sebuah persekutuan
Lalu apa yang hendak kita lakukan?
(Bersinarlah, bersinar mentari sukama
Berkobarlah, berkobar api jiwa
Sang pujangga harus berkorban dan jujur pada
suratan)
O : Aku penebar benang sutra
Engkau penenunnya
Aku kata
Engkau lidahnya
Aku nada
Engkau musiknya
Aku gerak
Engkau penarinya
Aku warna
Engkau pelukisnya
Aku dara jelita
Engkau jejakanya
Aku Ratu
Engkau abdi setia
Kaliurang, 1990
Sumber: Roh Terasing (2004)
Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan Seorang Kelana dengan O" menggambarkan dialog filosofis antara seorang kelana yang mencari makna hidupnya dengan sosok yang disebut sebagai "O". Puisi ini menjelajahi tema-tema seperti pencarian identitas, pemberontakan terhadap norma, dan pertanyaan tentang eksistensi.
Tema Pencarian Identitas dan Spiritualitas
Puisi ini secara mendalam mempertanyakan identitas sang kelana dalam pencariannya akan makna hidup. Dialog antara kelana dan "O" menggambarkan usaha untuk memahami posisi diri dalam alam semesta yang luas dan kompleks. Tema spiritualitas tercermin dalam bahasa yang metaforis dan penggunaan simbol-simbol yang kuat, seperti "tuanku" yang menggambarkan pencarian akan kebenaran dan kedalaman eksistensi.
Pertentangan dan Konflik Internal
Konflik batin kelana tercermin dalam percakapannya dengan "O". Dia merasa terbelah antara dorongan untuk mencari kebenaran dan kerinduan yang tak tertahankan akan cinta dan eksistensi. "O" mewakili suatu kekuatan yang menghadirkan tantangan moral dan spiritual bagi kelana, sekaligus menjadi cerminan dari internalisasi nilai-nilai yang berbeda.
Penggunaan Bahasa dan Gaya Sastra
Arahmaiani menggunakan bahasa yang puitis dan metaforis untuk menyampaikan kompleksitas perasaan dan pemikiran kedua karakter. Gaya bahasa yang digunakan tidak hanya memperdalam perasaan sang kelana namun juga membingkai suasana dialog menjadi sebuah refleksi yang mendalam tentang kondisi manusia dalam pencarian makna hidupnya.
Simbolisme dan Kedalaman Makna
Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat, mencerminkan pertarungan batin dan pencarian spiritual yang mendalam. "O" sebagai simbol dari kekuatan transendental dan kebijaksanaan, sementara kelana menggambarkan manusia dalam segala keterbatasannya yang berjuang untuk memahami dan menerima jalan hidupnya.
Puisi "Percakapan Seorang Kelana dengan O" adalah sebuah karya sastra yang menggugah dan reflektif, mengeksplorasi tema-tema universal tentang pencarian identitas, spiritualitas, dan makna hidup. Melalui percakapan yang penuh makna antara kelana dan "O", Arahmaiani membangun narasi yang memperdalam pemahaman akan perjalanan manusia dalam mencari kebenaran dan eksistensi yang lebih dalam. Puisi ini tidak hanya mengundang pembaca untuk merenung, tetapi juga untuk mengeksplorasi kontradiksi internal dalam diri manusia dan pencarian akan nilai-nilai yang hakiki dalam kehidupan.
Puisi: Percakapan Seorang Kelana dengan O
Karya: Arahmaiani
Biodata Arahmaiani:
- Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.