Puisi: Pasar Burung Yogyakarta (Karya Sindu Putra)

Puisi "Pasar Burung Yogyakarta" menggambarkan suasana pasar burung yang penuh dengan berbagai macam burung dan nuansa kehidupan yang beragam.
Pasar Burung Yogyakarta

Tak ada burung-burung parau dalam sangkar perak
apalagi burung-burung bisu
dengan mahkota di kepala, digantung di terik langit,
delapan setengah menit

di pasar burung Yogyakarta
burung-burung buta tetap bernyanyi
burung-burung lumpuh terus berkicau
sehening musyawarah di taman tadah asih
sebuah istana yang rata dengan tanah

jika seekor burung tersapih, aku akan menangkapnya
dan segera mati dalam genggaman
aku akan tahu rumah penangkarannya
aku akan tahu tujuh garis silsilah penetasannya
aku akan mencium uap jari pemikatnya
tapi, jika burung terlepas bebas
tak ada yang sanggup memberi jawaban
di hutan kota mana menjalin sarang ilalang
sayapnya basah oleh darah,
di setiap helai bulunya tertulis tanda-tanda
yang senantiasa berganti warna, saban hendak aku sentuh
paruhnya menganga terdengar desis. rejan. sedak. sengak

burung beku ini pun akan terbakar oleh napasku oleh tatapanku

burung-burung parau
burung-burung bisu
burung-burung buta
burung-burung lumpuh
burung-burung beku
burung-burung tanpa kepala

dengan tubuh tersepuh bubuk gambir dan asam getah tebu
terkubur makam keramat di bawah beringin kembar

sehangat pelaminan tempatku terbujur ke arah tuhan.

Analisis Puisi:

Puisi "Pasar Burung Yogyakarta" karya Sindu Putra adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan di pasar burung yang khas di Yogyakarta. Dengan bahasa yang padat dan puitis, penyair menggambarkan suasana pasar burung yang penuh dengan berbagai macam burung dan nuansa kehidupan yang beragam.

Deskripsi Pasar Burung: Penyair menggambarkan pasar burung Yogyakarta sebagai tempat di mana berbagai jenis burung berkumpul, mulai dari yang sehat hingga yang cacat. Bahkan burung-burung yang lumpuh atau buta tetap berkicau, memberikan gambaran tentang keteguhan dan kehidupan yang tetap berlanjut meskipun dalam kondisi yang sulit.

Kontras Antara Kebebasan dan Penangkapan: Dalam puisi ini, terdapat kontras antara kebebasan dan penangkapan burung. Penyair menyatakan bahwa jika burung terlepas, tidak ada yang bisa memberikan jawaban tentang keberadaannya. Namun, jika burung tertangkap, penyair merasa bisa mengetahui segalanya tentangnya. Hal ini menggambarkan dualitas antara kebebasan dan penangkapan, serta ketidakpastian akan nasib burung-burung yang terperangkap.

Simbolisme: Puisi ini sarat dengan simbolisme yang mengandung makna mendalam. Burung-burung yang lumpuh, buta, atau bahkan beku menjadi simbol dari kesulitan dan penderitaan dalam kehidupan. Pelaminan yang hangat dan tempat penyair terbujur mengarah kepada Tuhan menggambarkan harapan akan kedamaian dan kebebasan dari penderitaan dunia.

Bahasa dan Imaji: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya untuk menggambarkan suasana pasar burung dan perasaannya terhadap burung-burung tersebut. Penggunaan kata-kata seperti "lumpuh", "tanpa kepala", dan "terkubur" memberikan gambaran yang kuat tentang kondisi burung-burung dan suasana yang menghantui.

Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, puisi "Pasar Burung Yogyakarta" karya Sindu Putra berhasil menggambarkan kehidupan yang kompleks dan penuh dengan kontras di pasar burung, sambil mengangkat tema-tema tentang kebebasan, penangkapan, dan penderitaan.

Puisi
Puisi: Pasar Burung Yogyakarta
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.