Puisi: Mengingatmu Sekali Lagi (Karya Ahda Imran)

Puisi "Mengingatmu Sekali Lagi" karya Ahda Imran menggambarkan sebuah pengalaman puitis yang intens dan melankolis tentang kenangan yang tak ...
Mengingatmu Sekali Lagi

Begitulah
aku mengingatmu sekali lagi
lewat hujan yang berlari ke arahku
lewat lukisan perempuan dengan bintik
cacar di punggung dan di perutnya

Langit tengah hari
angin sungai menghembuskan bau kamarmu
membawa burung-burung lenyap ke balik
gedung-gedung berwarna kelabu

Pelan kubiarkan pikiranku dipenuhi air
kedua mataku terapung-apung di atas kota yang menguning
aku melihat setiap bagian tubuhmu menjelma seorang
anak kecil yang terjebak dalam tubuh seorang ibu
berdiri gemetar sambil menerbangkan
balon-balon hitam. Sehingga hari
menjadi malam

Begitulah
aku mengingatmu sekali lagi
lewat tempias dan rokokku yang padam
lewat kawan-kawan sekaligus musuh-musuhku
dan seekor lintah di balik lidahnya

Langit sore setelah hujan
melengkung biru. Dan dengan tenang jatuh
lembut ke balik Burangrang dan Tangkubanparahu
angin menyentuh permukaan kopiku. Sambil menenangkan
kata-kata yang terus berlari ke arahku, sekali lagi kunyalakan
rokok. Tiba-tiba jalanan lengang dan orang-orang menghilang
angin sungai menghembuskan bau tubuhmu. Bintik cacar
di perut dan di punggungmu. Suaramu menggema
dalam paru-paruku
Lalu langit penuh balon-balon hitam

Begitulah
di lurus jalan menuju lembah jauh
di sebuah malam ketika seluruh nama toko
di kota itu berubah menjadi namamu
ketika hari dan angin terlepas
aku mengingatmu terakhir kalinya...

2009

Analisis Puisi:

Puisi "Mengingatmu Sekali Lagi" karya Ahda Imran menggambarkan sebuah pengalaman puitis yang intens dan melankolis tentang kenangan yang tak terlupakan. Dalam puisi ini, Ahda Imran menggunakan imaji yang kuat dan bahasa yang evokatif untuk menyampaikan perasaan nostalgia dan kesedihan atas kehilangan.

Tema Nostalgia dan Kehilangan

Puisi ini secara keseluruhan mencerminkan tema nostalgia yang mendalam. Penekanan pada kata-kata seperti "mengingatmu sekali lagi" menunjukkan bahwa penyair mengalami proses mengingat kembali kenangan bersama seseorang yang telah pergi atau sudah tidak bersama lagi. Hal ini menciptakan suasana yang melankolis dan introspektif.

Imaji Alam dan Perasaan

Ahda Imran menggunakan imaji alam untuk memperkuat pengalaman emosionalnya. Contohnya, hujan yang berlari ke arah penyair, langit tengah hari, dan angin sungai yang membawa aroma kamar yang ditinggalkan, semuanya menyatu dalam gambaran yang memikat dan memberikan nuansa atmosferik yang kuat.

Citra Balon Hitam dan Bintik Cacar

Salah satu imaji yang paling mencolok dalam puisi ini adalah balon-balon hitam dan bintik cacar di perut dan punggung. Imaji ini mungkin merujuk pada kenangan yang pahit atau bekas luka emosional yang tersisa setelah perpisahan atau kehilangan. Balon hitam dapat melambangkan kesedihan atau kehilangan, sementara bintik cacar bisa menggambarkan kerentanan atau kesakitan.

Perubahan suasana dan pengalaman introspektif

Puisi ini berubah-ubah dalam suasana dan waktu, menciptakan ritme naratif yang mengalir seperti aliran pikiran penyair. Dari hujan yang berlari, langit sore, rokok yang padam, hingga pengalaman mendalam di malam hari, puisi ini menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks dan beragam.

Melalui puisi ini, Ahda Imran berhasil menangkap esensi dari pengalaman manusia yang universal tentang kehilangan dan kenangan. Dengan penggunaan bahasa yang mendalam dan imaji yang kuat, ia mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan personal yang pernah ada dan telah berlalu, serta dampaknya yang tetap membekas dalam ingatan.

Dengan demikian, puisi "Mengingatmu Sekali Lagi" bukan hanya sekadar sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan dan perasaan manusia yang universal, yang dapat dirasakan oleh siapa pun yang pernah mengalami kehilangan atau nostalgia akan masa lalu.

Ahda Imran
Puisi: Mengingatmu Sekali Lagi
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.