Puisi: Mataram, 17 Agustus 2015 (Karya Sindu Putra)

Puisi "Mataram, 17 Agustus 2015" karya Sindu Putra mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan menjaga lingkungan kita sambil merayakan ...
Mataram, 17 Agustus 2015

Aku merayakan ulang tahun
bagi sebatang pohon
sebatang pohon yang menjadi negeri
bagi 250 juta kupu-kupu

Aku menyalakan 70 lilin tanah
di setiap batangnya yang tumbuh setiap tahun
aku menyanyikan lagu senyap
bagi tumbuhnya pohon
yang aku rawat dengan siraman airmata

bagi tumbuhnya pohon

yang tumbuh karena peluh tanganku

pohon yang tumbuh ke dalam tanah
tanah yang kini bergeser menjadi gurun
pohon yang tumbuh ke langit
langit yang kini terbentang
membentuk rumah kaca

aku merayakan 70 tahun sebatang pohon

pohon yang tumbuh
dengan kemarau kering di sepanjang musimnya

pohon yang menjadi rumah kawin
bagi kupu-kupu yang sebatang kara
kupu-kupu urban kehilangan kampung halaman
kupu-kupu yatim piatu
dengan luka sadap di punggungnya
kupu-kupu yang menyilangkan warna sayapnya
berharap untuk mekarnya sekuntum bunga rumput

aku merayakan ulang tahun sebatang pohon

sebatang pohon yang aku cintai

dengan puisiku tanpa kata-kata.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Mataram, 17 Agustus 2015" karya Sindu Putra menyajikan perayaan yang penuh makna dengan refleksi mendalam mengenai alam, waktu, dan dampak lingkungan. Melalui simbolisme dan narasi yang kaya, puisi ini menggambarkan hubungan antara manusia dan lingkungan serta merayakan sebuah pohon sebagai simbol dari kehidupan dan perjuangan.
  • Perayaan dan Pohon: Puisi dimulai dengan "Aku merayakan ulang tahun / bagi sebatang pohon", yang menunjukkan bahwa perayaan ini bukan hanya tentang individu atau entitas tertentu, tetapi tentang sebuah pohon yang memiliki makna simbolis yang lebih dalam. Pohon di sini berfungsi sebagai metafora untuk kehidupan, pertumbuhan, dan hubungan ekologis.
  • Lilin dan Lagu Senyap: Frasa "70 lilin tanah" merujuk pada perayaan ulang tahun yang mungkin mengindikasikan 70 tahun usia pohon, dengan "lilin tanah" sebagai simbol umur dan kesuburan bumi. Lagu senyap yang dinyanyikan untuk pohon menunjukkan penghormatan dan rasa syukur yang mendalam, sementara "siraman airmata" menekankan betapa penting dan emosionalnya hubungan ini bagi penyair.
  • Pertumbuhan dan Perubahan Lingkungan: Pohon yang "tumbuh ke dalam tanah / tanah yang kini bergeser menjadi gurun" menggambarkan perubahan lingkungan yang negatif. Ini mencerminkan dampak perubahan iklim dan degradasi lingkungan terhadap ekosistem. Pohon yang tumbuh ke langit dan bertemu dengan "rumah kaca" menandakan efek pemanasan global dan perubahan iklim yang merubah lanskap alami.
  • Kupu-Kupu dan Kehilangan: Kupu-kupu dalam puisi ini menjadi simbol kehidupan dan keindahan yang terganggu oleh perubahan lingkungan. "Kupu-kupu yang sebatang kara / kupu-kupu urban kehilangan kampung halaman" menunjukkan bagaimana spesies dan habitatnya mengalami kesulitan akibat urbanisasi dan perubahan lingkungan. "Kupu-kupu yatim piatu / dengan luka sadap di punggungnya" menyoroti penderitaan dan kehilangan yang dialami makhluk hidup akibat tindakan manusia.
  • Makna Ulang Tahun Pohon: Merayakan "ulang tahun sebatang pohon" dengan "puisi tanpa kata-kata" menunjukkan rasa hormat dan pengabdian yang mendalam. Pohon bukan hanya simbol fisik, tetapi juga representasi dari kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi perubahan yang tidak dapat dihindari.
Puisi "Mataram, 17 Agustus 2015" karya Sindu Putra merupakan sebuah karya yang merayakan alam dan mengajak pembaca untuk merenungkan dampak manusia terhadap lingkungan. Melalui simbolisme pohon, lilin tanah, dan kupu-kupu, puisi ini menyampaikan pesan tentang hubungan antara manusia dan alam serta kesadaran ekologis. Perayaan ulang tahun pohon bukan hanya sebuah ritual, tetapi juga refleksi tentang perubahan lingkungan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan menjaga lingkungan kita sambil merayakan keindahan dan kehidupan yang ada di sekitar kita.

Puisi
Puisi: Mataram, 17 Agustus 2015
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.