Analisis Puisi:
Puisi "Mantra Sungai" karya Aprinus Salam menggambarkan sungai sebagai metafora perjalanan hidup dan perasaan manusia. Melalui penggunaan bahasa yang kaya, penyair menciptakan suasana yang mendalam dan simbolisme yang mengesankan.
Metafora Sungai sebagai Perjalanan Hidup: Puisi ini dibuka dengan pernyataan, "Dari hilir hatiku, hilir air," menciptakan metafora sungai sebagai perjalanan hati dan hidup. Sungai menjadi cermin perjalanan emosional, penuh liku-liku, yang mengalir dari hati dan merentang hingga ke batas diri.
Bersenang-senang Bersama Kayuh: Penyair mengajak pembaca untuk "Berenang bersama kayuh" dan "Telusuri keluk tubuh," menciptakan gambaran kebersamaan dan pengalaman bersama dalam menjelajahi kehidupan. Kayuh sebagai sarana pergerakan menciptakan kesan aksi dan keaktifan dalam mengarungi hidup.
Ritual Menuju Diri Sendiri: Dalam baris "Bersampan ke sudut seduh / Hingga ke batas aku," terdapat konsep menjalani ritual atau perjalanan menuju diri sendiri. Sudut seduh dan batas diri menjadi simbol perenungan dan penemuan identitas.
Sungai sebagai Pengaliran Emosi dan Rindu: "Mengalirlah engkau, hai jernih / Membasah kemana engkau rindu" menciptakan citra sungai sebagai pengaliran emosi dan rindu. Jernihnya air sungai melambangkan kejernihan perasaan, dan aliran sungai menjadi sarana ekspresi rindu yang mengalir ke seluruh pelosok rumah dan diri sendiri.
Simbolisme Ikan Bertelur: "Ketika ikan bertelur / Kaucipak air genang" menciptakan gambaran simbolis tentang siklus kehidupan dan tindakan menciptakan sesuatu baru. Air yang diambil menggambarkan perasaan dan inspirasi yang mengalir dalam perjalanan sungai.
Muara Sebagai Titik Akhir dan Awal: Puisi mencapai puncaknya dengan ungkapan "Akulah muaramu," menggambarkan penyelesaian dari perjalanan sungai dan juga sebagai titik awal untuk mengalir ke lautan yang lebih besar. Muara sungai menjadi metafora tentang penemuan diri dan keterhubungan dengan yang lebih besar.
Riak di Tepian dan Sampan yang Bernyanyi: Di tepian sungai, "riak melebar ke ujung," menciptakan gambaran tentang dampak perjalanan hidup pada sekitarnya. Sampan yang bernyanyi menciptakan citra kegembiraan dan harmoni dalam perjalanan sungai yang diiringi oleh melodi alam.
Menuju Laut dan Batas Tak Tepi: Puisi diakhiri dengan ungkapan "Menuju laut / Menuju batas tak tepi / Menuju hilir tak diri," menciptakan gambaran tentang perjalanan sungai yang tak berujung. Laut dan batas tak tepi menjadi simbol keterbukaan, perluasan, dan tak terbatasnya perjalanan hidup.
Puisi "Mantra Sungai" adalah puisi yang memukau dan mendalam, menciptakan gambaran tentang perjalanan hidup dan perasaan manusia melalui metafora sungai. Aprinus Salam dengan indahnya menggambarkan simbolisme alam dan mengajak pembaca untuk merenung tentang arti perjalanan, identitas diri, dan keterhubungan dengan alam semesta.