Puisi: Mantra Rumah (Karya Aprinus Salam)

Puisi "Mantra Rumah" karya Aprinus Salam menggambarkan rumah bukan sebagai suatu tempat fisik, tetapi sebagai ruang batin dan spiritual yang ....
Mantra Rumah


Ketika kau buka dan tutup pintu
Ruang apakah yang ada di dalamku
Tak sekat aku padamu
Tak dinding

Ketika kau buka dan tutup jendela
Ruang apakah dalam mimpiku
Tak batu tak kayu tak bambu
Tak batas engkau menuju

Ketika kau buka dan tutup matamu
Ruang apakah yang ada dalam gelapku
Tak pandang tak hujan tak panas
Tak angin tak dingin

Ketika kau buka dan tutup hatiku
Masihkah ruang dalam dirimu
Maka, dengan nama Tuhan
Kubangun rumahku
hanya dalam dirimu
Hanya


Analisis Puisi:
Puisi "Mantra Rumah" karya Aprinus Salam adalah sebuah karya yang menggambarkan rumah bukan sebagai suatu tempat fisik, tetapi sebagai ruang batin dan spiritual yang terbentuk melalui interaksi dan pengalaman hidup.

Konsep Rumah sebagai Ruang Batin: Puisi ini membawa konsep rumah ke tingkat yang lebih dalam, menggambarkannya sebagai ruang batin yang tidak terbatas oleh dinding fisik. Rumah di sini lebih dari sekadar tempat tinggal, melainkan sebuah eksplorasi dalam dimensi batin yang lebih luas.

Pintu dan Jendela sebagai Metafora: Penyair menggunakan pembukaan dan penutupan pintu serta jendela sebagai metafora untuk pengalaman hidup. Setiap tindakan membuka dan menutup menciptakan ruang baru, mencerminkan perubahan dan perjalanan dalam hidup.

Ruang Tanpa Batas dan Batas: Puisi menyiratkan bahwa ruang di dalamnya tidak memiliki batasan, tidak seperti dinding atau sekat yang menghambat. Hal ini dapat diartikan sebagai kebebasan dalam menjelajahi pikiran dan perasaan tanpa pembatasan.

Tanya Jawab dalam Pengalaman Batin: Serangkaian pertanyaan dalam puisi menciptakan dialog internal yang merangsang pemikiran pembaca. Penyair mengundang pembaca untuk merenung tentang ruang batin dan pengalaman spiritual yang mungkin terjadi selama kehidupan.

Ketidakpastian dan Keterbukaan: Ungkapan "Ruang apakah dalam mimpiku" dan "Ruang apakah yang ada dalam gelapku" menyoroti ketidakpastian dan keterbukaan dari ruang batin. Rumah di sini menjadi tempat di mana segala sesuatu mungkin terjadi, baik dalam mimpi maupun dalam kegelapan.

Pembukaan dan Penutupan: Puisi diakhiri dengan pembukaan dan penutupan hati sebagai ruang terakhir yang mendalam. Penggunaan nama Tuhan sebagai sarana untuk membangun rumah menunjukkan upaya untuk menyatukan roh dan keberadaan spiritual.

Rumah sebagai Persatuan dengan Tuhan: Penutup puisi menyatakan, "Maka, dengan nama Tuhan / Kubangun rumahku / hanya dalam dirimu / Hanya." Ini mengekspresikan gagasan bahwa rumah sejati adalah dalam hubungan dengan Tuhan, menciptakan kesatuan spiritual yang mendalam.

Puisi ini menciptakan gambaran tentang rumah sebagai tempat spiritual yang tidak terbatas, dan penulisnya memanfaatkan bahasa yang sederhana namun dalam untuk mengeksplorasi dimensi batin dan hubungan dengan Tuhan. "Mantra Rumah" mengajak pembaca untuk merenung tentang makna sejati dari rumah, yang mungkin lebih dari sekadar tempat tinggal, melainkan ruang batin yang mendalam dan bersatu dengan yang Ilahi.

Puisi
Puisi: Mantra Rumah
Karya: Aprinus Salam
© Sepenuhnya. All rights reserved.