Analisis Puisi:
Puisi "Mantra Desa" karya Aprinus Salam menggambarkan keindahan dan kerinduan terhadap desa yang ditinggalkan. Dengan nada-nada yang melankolis, penyair membangun citra-citra yang kuat dan menyampaikan pesan emosional kepada pembaca.
Peninggalan dan Kerinduan: Penyair memulai puisi dengan gambaran tentang kenangan yang ditinggalkan, termasuk rumah tua, kursi rapuh, dan ladang yang menunggu, tetapi sudah layu oleh ilalang. Ini menciptakan atmosfer nostalgia dan kerinduan terhadap masa lalu.
Pertanyaan yang Menyentuh Hati: Dengan pertanyaan "Tak kah kau rindu aku?", penyair menyampaikan kerinduan yang mendalam. Pertanyaan ini menciptakan keintiman antara pembaca dan pengarang, dan menyiratkan bahwa keberangkatan meninggalkan suatu kekosongan emosional yang tidak terlupakan.
Gambaran Kehidupan Desa: Puisi ini merayakan kehidupan desa dengan gambaran anak-anak berlari di pematang, bukit kecil, nyiur di kejauhan, dan sungai. Gambaran ini menciptakan suasana desa yang hidup dan penuh keindahan alam.
Kisah Bersama Padi: Puisi menyentuh pada simbolisme padi yang memanggil dan kenangan yang berbalik. Padi di sini dapat diartikan sebagai simbol kehidupan dan kesuburan, sementara kenangan yang berbalik menciptakan gambaran kebersamaan dan kehangatan dalam hubungan.
Keindahan Alam dan Hubungan: Deskripsi alam yang berlimpah seperti suara kicau, semut berbaris, temaram purnama, dan lebah yang bergantung di dagu menciptakan keindahan alam yang mencerminkan keindahan hubungan. Ini memberikan nuansa kebahagiaan dan kedamaian.
Jejak di Tanah Menuju Kota Rindu: Penyair menggunakan bahasa metaforis ketika menyatakan "Di subur tanah, jejak kakimu, menuju rumahku." Ini menciptakan gambaran jejak-jejak yang ditinggalkan di tanah subur, menuju ke arah rumah dan rindu yang membara.
Desah Gareng Pung dan Rumpun di Halaman: Puisi mengandung elemen lokal dengan menyebutkan "desah gareng pung" dan rumpun di halaman. Ini dapat menciptakan gambaran kehidupan desa yang khas dan menciptakan koneksi dengan budaya setempat.
Menuju Kota Rindu: Puisi ditutup dengan pertanyaan "Menuju kota rindumu?" yang menyiratkan bahwa desa yang ditinggalkan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kota rindu. Ini menciptakan keindahan dalam ikatan batin yang kuat terhadap desa asal.
Puisi "Mantra Desa" karya Aprinus Salam adalah puisi yang memikat dengan keindahan bahasa dan gambaran alam yang kuat. Dengan menggunakan elemen-elemen desa dan kehidupan sehari-hari, penyair menggambarkan kerinduan yang mendalam terhadap tempat asal dan kehidupan yang telah ditinggalkan. Puisi ini tidak hanya menyentuh hati pembaca tetapi juga membawa mereka pada perjalanan sentimental ke dalam keindahan alam dan kenangan yang kini hanya tinggal dalam khayalan dan puisi.