Analisis Puisi:
Puisi "Madiun" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana senja di kota Madiun dengan imaji yang kuat dan penuh dengan makna. Puisi ini menciptakan gambaran yang gelap dan puitis tentang kehidupan di kota tersebut, menggambarkan suasana dan perasaan yang kompleks.
Atmosfer Senja yang Melankolis: Puisi ini dibuka dengan gambaran suasana senja di kota Madiun yang mulai meredup. Penyair menggunakan istilah "loteng losmen mesum" untuk menggambarkan tempat yang kurang terhormat dan "alun-alun yang mulai raib" untuk menyatakan ketiadaan aktivitas atau keramaian. Atmosfer senja ini memberikan kesan melankolis dan kesepian.
Personifikasi Matahari: Penyair memberikan personifikasi pada matahari dengan menyatakan bahwa "Matahari telah lumpuh" dan "Misai kuningnya yang garang tergelimpang di rumputan." Personifikasi ini menambahkan unsur puitis pada puisi dan menciptakan gambaran visual yang kuat tentang matahari yang meredup.
Gambaran Sinematik dan Erotik: Puisi ini juga mengandung gambaran sinematik dan erotik tentang "Cahaya ranum cinema paha dan payudara" yang menggerogoti "tirai karbon dioksida." Imaji ini menciptakan suasana sensual dan misterius yang memperkaya puisi dengan elemen romantis dan sensual.
Efek Dramatis dan Gaya Bahasa: Penyair menciptakan efek dramatis dengan menggunakan gambaran menara masjid raya yang sangkakala menggelegar dan menyebabkan kota gemetar seperti "sepuh pasien pada brankar." Puisi ini juga menggunakan gaya bahasa personifikasi, metafora, dan aliterasi untuk memberikan efek yang lebih dramatis dan memperkuat pesan puisi.
Penutup yang Mencerminkan Dilema: Puisi ini ditutup dengan perasaan dilema dari "ia" yang tidak disebutkan namanya. Penyair menyatakan bahwa ia ingin malam Tuhan turun ke "rel mati" dan mencicipi "seteguk bir dan birahi di mulutnya yang terkunci." Penutup ini mencerminkan konflik antara spiritualitas dan nafsu manusia.
Puisi "Madiun" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah karya sastra yang puitis dan gelap, menggambarkan suasana senja di kota Madiun dengan imaji yang kuat dan penuh dengan makna. Puisi ini menggunakan gambaran sinematik dan erotik, personifikasi, serta gaya bahasa yang khas untuk menciptakan atmosfer yang melankolis dan dramatis. Penutup puisi mencerminkan dilema antara spiritualitas dan nafsu, menambah kedalaman pada karya sastra ini. Puisi "Madiun" mengundang pembaca untuk merenungkan makna dan pesan yang terkandung di dalamnya.

Puisi: Madiun
Karya: Arif Bagus Prasetyo