Puisi: Kidung Kelengangan (Karya Arahmaiani)

Puisi "Kidung Kelengangan" karya Arahmaiani mengeksplorasi tema-tema spiritual dan pencarian makna dalam kehidupan manusia. Melalui gaya bahasa ...
Kidung Kelengangan

Lirih. Lirih
Suara cinta di sebrang sana
Lirih gema do'a
Dendangkan kidung surga itu
Di sini. Di sini
Pada batas sadar
Aku mengembara
Dari satu cerita ke satu cerita
Mencari awal pangkal kefanaan
Kerajaan damai abadi
Terpijak kaki ini pada kerikil-kerikil padas
Daya adalah daya
Penguasa punya cerita.

Bandung, 1983

Sumber: Roh Terasing (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Kidung Kelengangan" karya Arahmaiani mengeksplorasi tema-tema spiritual dan pencarian makna dalam kehidupan manusia. Melalui gaya bahasa yang lirih dan puitis, Arahmaiani menghadirkan meditasi tentang kefanaan, pencarian akan kerajaan damai abadi, dan eksistensi manusia dalam kehidupan yang penuh tantangan.

Suara Lirih dan Spiritualitas

Puisi ini dibuka dengan suasana yang lirih dan penuh spiritualitas. "Lirih. Lirih" adalah pengantar yang menunjukkan kehadiran suara yang hampir seperti doa atau kidung dari kejauhan. Ini menciptakan atmosfer meditasi dan refleksi, mengundang pembaca untuk merenungkan makna-makna yang lebih dalam.

Pencarian Makna dan Kefanaan

Arahmaiani mengeksplorasi pencarian makna kehidupan manusia yang sering kali berada dalam kefanaan. Dia mencatat bahwa kaki ini "terpijak pada kerikil-kerikil padas", menggambarkan perjalanan yang penuh rintangan dan kesulitan dalam mencari "awal pangkal kefanaan". Hal ini menunjukkan keinginan untuk menemukan keabadian atau makna yang lebih tinggi di balik keterbatasan dan kehidupan yang fana.

Cerita dan Kekuasaan

Puisi ini juga menggambarkan kuasa atau penguasa yang memiliki cerita, menyoroti bagaimana narasi dan kekuasaan sering kali mempengaruhi cara kita memahami dunia dan diri sendiri. Di tengah pencarian spiritualnya, penyair merenungkan bagaimana narasi kekuasaan dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap kehidupan dan eksistensi.

Struktur dan Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan Arahmaiani dalam puisi ini adalah lirik dan puitis. Penggunaan repetisi seperti "Lirih. Lirih" menciptakan ritme yang meditatif, sementara imaji-imaji seperti "suara cinta di sebrang sana" dan "kidung surga" membawa nuansa spiritualitas yang kuat. Puisi ini juga memanfaatkan kontras antara kelembutan dan kekerasan dalam deskripsi, seperti "terpijak kaki ini pada kerikil-kerikil padas", untuk memperkuat tema kefanaan dan pencarian makna.

Puisi "Kidung Kelengangan" adalah sebuah puisi meditatif yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, pencarian akan keabadian, dan pengaruh kekuasaan dalam menentukan narasi hidup. Melalui gaya bahasa yang puitis dan atmosfer yang lirih, Arahmaiani berhasil menciptakan sebuah karya yang mendalam tentang spiritualitas dan eksistensi manusia dalam dunia yang kompleks dan penuh pertanyaan.

Arahmaiani
Puisi: Kidung Kelengangan
Karya: Arahmaiani

Biodata Arahmaiani:
  • Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.