Puisi: Ibu Mataram (Karya Sindu Putra)

Puisi "Ibu Mataram" karya Sindu Putra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan imajinasi dan simbolisme yang kuat. Puisi ini mengeksplorasi ....
Ibu Mataram
(: Ravikan Varapanna)

patung Waicaka dari batu lahar
dalam genggaman mata yang terpejam
terpanggang hujan cahaya bulan Juni

di tanah yang warnanya disembunyikan purnama
aku ingat Rama, membuat pagar api dari air mata
dan lewat lingkaran hidup mati itu
bayangan Sita melompat ke dalam rahim istriku

apakah yang lebih angker dari situs ini: jalan lahir

kamar bersalin: bilik kedap suara. ruang hampa udara
42 lembar pandan berduri. 105 kelopak pudak
diremah anakku, membentuk boneka garam
yang dipeluk saat tidur, yang menemani bermain kala terjaga

di luar garis batas teranggelap, jembatan kembar putihhitam ini
lukisan mural Mataram:
ayam jantan dan betina dalam kurungan bambu
pohon-pohon enau yang disadap tuaknya
serta sepasang lelaki-perempuan
berjanji bertemu di arena persabungan

: hidup ini pertaruhan abadi
setiap bagian badan adalah taji


hanya di dada perempuan, sungai hayat bermata air
suku pribumi berkulit merah yang dilahirkan
memberi nama air susu

dan Varapanna!
pohon susu yang tumbuh di tubuh ibu
jadi perahu
mengarungkanmu ke jeram jaman. ke hulu waktu.

Analisis Puisi:

Puisi "Ibu Mataram" karya Sindu Putra adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan imajinasi dan simbolisme yang kuat. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema yang dalam seperti cinta, kelahiran, dan keabadian, serta menggunakan gambaran dan bahasa yang kaya untuk menyampaikan pesan-pesannya.

Gambaran Sejarah dan Mitos: Penyair memulai puisi dengan gambaran tentang patung Waicaka, yang merupakan patung dari batu lahar. Gambaran ini memberikan nuansa sejarah dan mitos karena Waicaka adalah salah satu dari tujuh patung Rama yang tersembunyi di dalam batu di Pulau Jawa. Kemudian, penyair menyebutkan tentang Rama dan Sita, tokoh-tokoh epik dari Ramayana, yang memberikan nuansa klasik dan mitologi dalam puisi.

Simbolisme Ibu dan Kelahiran: Ibu merupakan tema sentral dalam puisi ini, diwakili oleh gambaran kamar bersalin, bilik kedap suara, dan ruang hampa udara. Ini adalah simbol dari proses kelahiran dan kehadiran anak. Pandan berduri dan kelopak pudak, yang diremah anaknya, melambangkan proses merawat anak dan menciptakan ikatan ibu-anak yang kuat. Boneka garam yang dibuat menggambarkan pengasuhan dan perlindungan yang diberikan ibu pada anaknya.

Simbolisme Ayam Jantan dan Betina: Ayam jantan dan betina dalam kurungan bambu merupakan gambaran yang menggambarkan persabungan, yang dapat diartikan sebagai persaingan atau pertarungan dalam kehidupan. Ini mencerminkan keadaan dunia yang keras dan penuh dengan tantangan. Sebagai gambaran universal, ini menunjukkan bahwa hidup itu sendiri adalah pertaruhan abadi, dan setiap bagian tubuh kita adalah senjata (taji) untuk menghadapi tantangan tersebut.

Air Susu dan Suku Pribumi: Penyair menggambarkan sungai hayat (air susu) sebagai simbol kehidupan dan kelahiran yang berhubungan dengan ibu. Hal ini menggarisbawahi peran ibu dalam memberi kehidupan dan mengasuh anak. Suku pribumi berkulit merah yang disebutkan dalam puisi ini menunjukkan akar budaya dan asal usul yang kuat.

Varapanna dan Perahu: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran pohon susu bernama Varapanna, yang dijadikan perahu untuk mengarungi jeram jaman dan hulu waktu. Varapanna menggambarkan kekuatan dan perlindungan yang diberikan ibu kepada anaknya untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan ketidakpastian.

Puisi "Ibu Mataram" karya Sindu Putra adalah sebuah karya sastra yang menggabungkan unsur sejarah, mitologi, dan simbolisme untuk mengeksplorasi tema-tema yang mendalam tentang ibu, kelahiran, dan keabadian. Puisi ini menggunakan gambaran dan bahasa yang kaya untuk menyampaikan pesan-pesan filosofis dan universal tentang kehidupan dan peran ibu dalam memberi kehidupan dan membimbing anak-anak melalui tantangan-tantangan kehidupan.

Puisi
Puisi: Ibu Mataram
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.