Puisi: Eros (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Eros" karya Arif Bagus Prasetyo mempersembahkan gambaran yang kuat dan puitis tentang kekuatan cinta dan erotisme, serta perenungan tentang ...
Eros

Di tubuhmu:
Bukit-bukit mungil,
Pohon ketapang tua,
Jalan licin bercecabang di bawahnya
Menggeliat dijilati bau murung
Tambak-tambak perladangan air garam:
Uap lembab di ketiak
Kayu lapuk,
Pondok-pondok bobrok,
Lidah gading matahari
Menorehi lengkung bumi dengan
Nyali yang telanjang
Tak terpejam.

Senja hari,
Dipesona desah murni angin jantan menjambaki
Pucuk-pucuk daun tebu hijau muda,
Malaikat alpa itu pun turun
Ke wilayah tanpa peta.
Tanpa sayap,
Dan terusir
Memunguti nyeri hari. Menyaruk-nyaruk
Jejak Adam yang terinjak di sepanjang
Pasir kelam,
Di antara gugusan merah,
Setengah gelap,
Payung-payung raksasa,
Panji-panji marak,
Dan hari demi hari berlalu
Dalam suram dan kelabu.

Serta sisa cahaya langit
Yang menggigil oleh hantu para syahid
Yang terbunuh dengan liang yang menganga.

Malaikat itu,
Lebih kejam dari rajam,
Kausaksikan tatapannya yang sekarat
Disayati anjing liar.
Dua puluh empat pisau rahang menyalak garang
Meneteskan lendir anyir,
Lebih hujan dari badai yang kemarin
Meludahkan kapal pasir sepuasnya
Ke pelangi tujuh warna.

Lantas lewat pekik pendek
Yang terlempar ke udara dari
Lubang persembunyian di
Medan perang di semak taman:
Di keningnya kautemui bintang-bintang
Berlarian.
Rama-rama bercahaya yang mengungsi
Ke angkasa,
Tombak arwah yang terlepas,
Suaranya mirip hama
Memerahi kulit kasar pepohonan.

Wangi angus daging panggang,
Parit lebar yang terbuka
Digenangi wewangian
Dari daging yang terbuka.
Kilau maut bagai lilin di tengah pesta.
Dan seakan tangan lembut cakrawala,
Ia bangkit menuntunmu pada gerbang:
Hulu ledak
Kelahiran,
Persintuhan siang-malam.

“Merpatiku,
Bila kelak kauputuskan jalan pulang
Atau sebuah rute
Mengantarmu pada pagi, jangan bimbang!
Kenangkanlah riak bening yang berpendar
Dalam isak terakhirku. Manik mata
Yang bertahan pada nyala di dermaga,
Bukit-bukit mungil, pohon ketapang tua,
Lidah ular melingkar-lingkar
Bercecabang
Memeluknya...


1995

Analisis Puisi:

Puisi "Eros" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan gambaran yang kuat dan puitis tentang kekuatan cinta dan erotisme, serta perenungan tentang kehidupan dan kematian. Puisi ini memperlihatkan keindahan bahasa yang kaya serta penggunaan imaji yang kuat untuk menggambarkan pengalaman sensual dan spiritual.

Gambaran Tubuh dan Alam: Penyair memulai puisi dengan deskripsi yang penuh imaji tentang tubuh dan alam. Dalam tubuh kekasihnya, ia melihat bukit-bukit mungil, pohon ketapang tua, dan jalan-jalan licin yang menyerupai pemandangan alam. Ini menciptakan gambaran sensual tentang keindahan tubuh yang berpadu dengan keindahan alam.

Penggambaran Senja dan Malaikat: Senja menjadi momen yang penuh dengan kekuatan erotis dalam puisi ini. Penyair menggambarkan senja yang mempesona dengan desahan angin yang membangkitkan sensualitas. Malaikat yang turun ke dunia tanpa sayap dan terusir, serta penggambaran tentang nyeri dan kegelapan, menciptakan atmosfer yang memikat dan misterius.

Imaji Kematian dan Kekuatan Eros: Puisi ini memadukan imaji kematian dengan kekuatan erotis, menciptakan sebuah kontras yang menarik antara kehidupan dan kematian. Dalam deskripsi tentang malaikat yang kejam dan penggambaran tentang senja yang berubah menjadi malam yang gelap, penyair menyampaikan perenungan tentang kekuatan eros yang dapat melampaui kematian.

Pemilihan Kata yang Kuat dan Sentuhan Romantis: Penyair menggunakan kata-kata yang kuat dan puitis untuk menyampaikan gambaran yang mendalam tentang cinta dan kehidupan. Sentuhan romantis dan perenungan tentang kehidupan, kematian, dan keabadian menciptakan lapisan makna yang dalam dalam puisi ini.

Puisi "Eros" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan pengalaman sensual dan spiritual tentang cinta, kehidupan, dan kematian. Dengan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, puisi ini menggambarkan kekuatan eros yang mempesona dan misterius, serta perenungan tentang keabadian dalam hubungan manusia dengan alam dan alam semesta.

Puisi
Puisi: Eros
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.