Puisi: Duka Kaca (Karya Arahmaiani)

Puisi "Duka Kaca" karya Arahmaiani menggambarkan pengalaman pribadi dan kolektif yang dalam tentang duka dan kenangan yang menyertainya.
Duka Kaca

Sayup gamelan mengantar legong
Desirkan nyanyian ketiadaan
Tentang masa kecil yang haru
Tentang ingat wajah nenek ketus
Tiap tarian kakek di puncak malam
Waktu aku berdiri di ambang bimbang
Pada mangkuk yang berjajar di bale
Mengusir dingin alas tanpa kasut
Muka beringas ngeri
Wajah itu kini tak pernah pergi
Di muka bertaring benci
Terornya melilit langkahku
Pada tiap lamunan
Melayangkan duka
Duka kayu mengkilat
Duka kursi rotan
Duka bilik gedek
Duka suplir mungil merunduk
Duka tegar kaca patri
Pada tiap detak kelengangan
Puluh tahun. Lalu
Tapi duka itu terpatri
Di kaca dan lampu rumahku.

Bandung, 1983

Sumber: Roh Terasing (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Duka Kaca" karya Arahmaiani adalah sebuah karya yang puitis dan memikat, menggambarkan pengalaman pribadi dan kolektif yang dalam tentang duka dan kenangan yang menyertainya.

Suasana dan Penggambaran Visual

Puisi ini menghadirkan suasana yang kaya dengan gambaran visual yang kuat. Mulai dari gamelan yang sayup mengantar tarian legong, puisi ini menciptakan nuansa magis yang sekaligus mencekam. Desiran nyanyian ketiadaan menggambarkan kekosongan dan nostalgia yang melingkupi masa kecil dan ingatan akan sosok nenek ketus.

Tema Nostalgia dan Duka

Sentral dalam puisi ini adalah tema nostalgia yang melahirkan duka. Penulis merenungkan masa kecil yang penuh dengan haru dan ingatan akan nenek yang dicintai. Tiap tarian kakek di malam hari menjadi simbol kehidupan yang mengingatkan akan kerentanan dan ketakutan, yang terus berlanjut hingga dewasa.

Simbolisme Kaca

Simbolisme kaca memainkan peran sentral dalam puisi ini. "Duka tegar kaca patri" menunjukkan bagaimana duka dan kenangan yang pahit tertanam dalam benda-benda sehari-hari di rumah. Kaca patri, yang biasanya menghiasi jendela-jendela rumah tradisional, menjadi saksi bisu dari perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan dan duka.

Struktur dan Bahasa

Struktur puisi ini menarik perhatian dengan penggunaan bahasa yang kaya akan imaji dan kata-kata yang dipilih secara hati-hati. Dari "duka kayu mengkilat" hingga "duka suplir mungil merunduk", setiap deskripsi membawa nuansa yang berbeda-beda dalam merangkai perasaan duka yang kompleks dan terpatri dalam benda-benda sehari-hari.

Puisi "Duka Kaca" adalah puisi yang mengeksplorasi kedalaman emosi dan ingatan pribadi, sambil mengaitkannya dengan simbol-simbol yang kuat seperti kaca patri. Arahmaiani berhasil menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menghadirkan gambaran visual yang kuat, tetapi juga mengundang pembaca untuk merenungkan tentang hubungan antara kenangan, duka, dan benda-benda fisik dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami kompleksitas dan kerumitan perasaan manusia dalam menghadapi jejak-jejak masa lalu yang terpatri dalam setiap sudut rumah dan ingatan.

Arahmaiani
Puisi: Duka Kaca
Karya: Arahmaiani

Biodata Arahmaiani:
  • Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.