Puisi: Di Tepi Hutan Suranadi (Karya Sindu Putra)

Puisi "Di Tepi Hutan Suranadi" karya Sindu Putra memadukan gambaran alam dengan perasaan manusia, khususnya dalam konteks percintaan dan ketakutan.
Di Tepi Hutan Suranadi

Bintang! Siapa takut percintaan
Kau dan aku tak bisa sembunyi 
Dari hutan ini
Kita diringkus
Beringsut atau berkelit
Jejak dan bayang kita
Menghunjam di tanah
sawah seluas tapak tangan 
Bayangkan 
Mata lele itu seolah bulan sabit 
dari tempat matahari terbit
jangan pejamkan!
Suara seekor kera
Menunjuk ke tiang mata air
Dan oleh gigir aura auratku
seekor kuda menggigil
Seekor kuda bermata kunang-kunang 
hendak melubangi setiap sawah
Dengan sebelas taring sayapnya
Bau mulut, daki lengan, peluh paha 
Hingga garis telapak kakinya 
Memperasingkan aku, kau 
Ke bulan sabit
Ke matahari terbit
Bintang, siapa takut percintaan 
Kau dan aku diringkus.

Analisis Puisi:

Puisi "Di Tepi Hutan Suranadi" karya Sindu Putra adalah sebuah karya yang memadukan gambaran alam dengan perasaan manusia, khususnya dalam konteks percintaan dan ketakutan. Dalam puisi ini, penyair menggunakan gambaran alam dan hutan sebagai latar belakang untuk menyampaikan perasaan cinta dan kegelisahan.

Gambaran Alam sebagai Metafora: Alam, khususnya hutan, digambarkan sebagai tempat di mana percintaan dan ketakutan bersarang. Hutan di tepi Suranadi menjadi saksi bisu dari pertemuan antara dua manusia yang merasa terikat satu sama lain. Penggambaran alam yang kuat, seperti bintang, bulan, dan matahari, menciptakan suasana yang memikat dan mempesona.

Percintaan dan Ketakutan: Puisi ini menyoroti tema percintaan dan ketakutan yang tak terpisahkan. Meskipun terikat dalam cinta, kedua insan tersebut merasa diringkus oleh perasaan tersebut. Mereka merasa terjebak dan tidak bisa sembunyi dari kenyataan cinta mereka. Bahkan suara seekor kera dan gambaran seekor kuda bermata kunang-kunang menjadi simbol ketakutan yang menghantui.

Imaji yang Kuat: Sindu Putra menggunakan bahasa yang kuat dan imaji yang kaya untuk menggambarkan perasaan cinta dan ketakutan. Gambaran bintang, bulan sabit, matahari terbit, serta gambaran seekor kera dan kuda bermata kunang-kunang memberikan warna dan kedalaman pada puisi ini, memungkinkan pembaca untuk merasakan emosi yang terkandung di dalamnya.

Penekanan pada Keberanian dalam Percintaan: Meskipun ada ketakutan dan kegelisahan, penyair menekankan bahwa percintaan juga membutuhkan keberanian. Dengan mengajak bintang sebagai saksi, penyair mencoba meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu takut dalam mencintai. Keberanian untuk mengungkapkan perasaan cinta dan berhadapan dengan ketakutan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman percintaan.

Secara keseluruhan, puisi "Di Tepi Hutan Suranadi" karya Sindu Putra adalah sebuah puisi yang memadukan gambaran alam dengan perasaan manusia, khususnya dalam konteks percintaan dan ketakutan. Dengan menggunakan gambaran alam yang kuat dan imaji yang kaya, puisi ini menciptakan sebuah pengalaman yang mendalam dan memikat bagi pembaca.

Puisi
Puisi: Di Tepi Hutan Suranadi
Karya: Sindu Putra
© Sepenuhnya. All rights reserved.