Puisi: Di Bawah Hujan (Karya Andy Sri Wahyudi)

Puisi "Di Bawah Hujan" karya Andy Sri Wahyudi menyajikan refleksi mendalam tentang cinta, kenangan, dan perubahan. Dengan gaya puitis yang ...
Di Bawah Hujan (1)
(: Meme)

...Lalu kita sulam cerita di beranda
dengan segelas kopi dan camilan.
kurasa kita cukup dewasa tuk merubah cinta
beranjak dari ingatan, memotong mimpi
dan membungkus kekasih bangsat

Di Bawah Hujan (2)


Barangkali malam tak menjawab perasaan
tapi jarum jam dan deras hujan?
ia menjulur di jendela kamar dan
masih terlihat memar

Di Bawah Hujan (3)

Kita bukan prakiraan cuaca
karena hujan tak berkesudahan
rintiknya menggenggam masa lalu
berdiri di depan pintu rumahmu

Di Bawah Hujan (4)

Sebentar lagi, hujan akan melintas di matamu
ia melukis pagi yang akan datang padamu
mengajakmu bermain di beranda rumahmu
dan membawakanmu mimpi

Di Bawah Hujan (5)

Hei, laron-laron sudah berdatangan
membawa pagi yang belum jadi
sedangkan kita, enggan menjadi api
yang membakar  pertemuan ini

Di Bawah Hujan (6)

Sayang... sudah, sudahlah...
semuanya sudah mereda.

Prayan, 2007

Sumber: Ibu, Aku Minta Dibelikan Mushola (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Di Bawah Hujan" karya Andy Sri Wahyudi menyajikan refleksi mendalam tentang cinta, kenangan, dan perubahan. Dengan gaya puitis yang sederhana namun mendalam, puisi ini menggambarkan suasana emosional yang sering kali muncul di bawah hujan. Berikut adalah analisis mendalam tentang puisi ini.

Struktur dan Pembagian Puisi

Puisi ini terdiri dari enam bagian, masing-masing menawarkan perspektif dan nuansa yang berbeda namun tetap terhubung dalam tema cinta dan kenangan.

Di Bawah Hujan (1): Sulam Cerita

Bagian pertama mengawali puisi dengan penggambaran suasana intim di beranda. "Lalu kita sulam cerita di beranda" menunjukkan kedekatan antara dua orang yang berbagi momen, sambil menikmati "segelas kopi dan camilan." Di sini, penulis menekankan kematangan dalam hubungan, di mana cinta tidak lagi berputar di sekitar imajinasi, tetapi beranjak ke realitas yang lebih kompleks.

Penggunaan frasa "memotong mimpi dan membungkus kekasih bangsat" menunjukkan ketidakpuasan atau kekecewaan dalam cinta, mengisyaratkan bahwa ada luka atau pengkhianatan yang perlu ditangani.

Di Bawah Hujan (2): Hujan dan Perasaan

Bagian kedua membawa pembaca ke suasana malam yang sepi. Penulis mengajak kita merenungkan bagaimana "malam tak menjawab perasaan" dan mengaitkannya dengan "jarum jam dan deras hujan." Di sini, hujan menjadi simbol dari ketidakpastian dan keraguan yang membayangi hubungan, mengingatkan kita pada memar yang tersisa dari pengalaman sebelumnya.

Di Bawah Hujan (3): Masa Lalu dan Kenangan

Bagian ketiga menyatakan bahwa mereka bukan "prakiraan cuaca," mengisyaratkan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi. "Hujan tak berkesudahan" melambangkan kenangan yang terus menghantui, di mana "rintiknya menggenggam masa lalu." Ini menunjukkan betapa sulitnya melepaskan kenangan yang menyakitkan, dan bagaimana masa lalu sering kali membayangi masa kini.

Di Bawah Hujan (4): Harapan dan Mimpi

Bagian keempat membawa harapan baru. "Sebentar lagi, hujan akan melintas di matamu" mengisyaratkan bahwa akan ada perubahan atau pembaruan dalam hidup. Hujan di sini dilihat sebagai sesuatu yang positif, sebuah awal baru yang "mengajakmu bermain di beranda rumahmu." Ini adalah gambaran indah tentang bagaimana cinta dan harapan bisa kembali muncul setelah masa sulit.

Di Bawah Hujan (5): Laron dan Pertemuan

Dalam bagian kelima, penulis memperkenalkan laron-laron sebagai simbol kehidupan baru yang muncul. "Laron-laron sudah berdatangan" melambangkan harapan dan potensi baru, meskipun penulis mengakui bahwa mereka enggan menjadi "api yang membakar pertemuan ini." Ada rasa keraguan dan ketidakpastian tentang bagaimana melanjutkan hubungan ini, yang menambah kedalaman emosi.

Di Bawah Hujan (6): Penyelesaian

Bagian terakhir, "Sayang... sudah, sudahlah..." memberikan nuansa penutup yang lembut. Kata-kata ini mencerminkan penerimaan, bahwa semua perasaan dan kenangan yang ada kini sudah mereda. Meskipun ada rasa sakit yang tersisa, ada juga kedamaian dalam melepaskan, mengisyaratkan bahwa waktu akan menyembuhkan.

Simbolisme dan Makna

Hujan dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol yang kuat. Ia melambangkan kenangan, rasa sakit, harapan, dan pembaruan. Hujan menciptakan suasana yang mendukung refleksi emosional, mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan cinta yang tidak selalu mulus.

Di sisi lain, beranda dan rumah menjadi simbol tempat aman di mana hubungan ini terjalin. Ini adalah tempat di mana cerita diceritakan dan di mana perasaan terungkap.

Puisi "Di Bawah Hujan" karya Andy Sri Wahyudi adalah karya yang menyentuh hati dan penuh emosi. Dengan penggunaan simbol hujan dan ruang intim seperti beranda, puisi ini berhasil mengeksplorasi tema cinta, kenangan, dan harapan. Pembaca diajak untuk merasakan perjalanan emosional antara cinta yang rumit, rasa sakit dari masa lalu, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Puisi ini mengingatkan kita bahwa meskipun hujan mungkin mengguyur kehidupan kita, selalu ada harapan di baliknya, dan cinta dapat kembali bersemi meski setelah melewati kesedihan.

Andy Sri Wahyudi
Puisi: Di Bawah Hujan
Karya: Andy Sri Wahyudi

Biodata Andy Sri Wahyudi:
  • Andy Sri Wahyudi lahir pada 13 Desember 1980 di kampung Mijen, Minggiran, Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.