Puisi: Cukup Sekali Berair Mata (Karya Anjani Kanastren)

Puisi "Cukup Sekali Berair Mata" karya Anjani Kanastren mengeksplorasi tema-tema cinta, ketidakabadian, dan keteguhan hati melalui penggunaan ...
Cukup Sekali Berair Mata

Langit serasa runtuh
Ketika kau katakan tak ada lagi cinta untukku
Aku bersabar diri
Tak ada yang abadi di sini
Hanya Tuhanlah pemiliknya

Saat kau berlalu
Ada sapa Tuhan meraja di jiwa
Tak perlu bermain air mata
Kupacu semangat
Aku tak akan menyerah
Tak pantas berkeluh kesah

Kubiarkan dia pergi
Seberangkan janji
Pada sekeping hati yang kini mendusta
Cukuplah sekali kau mendua.

2008

Sumber: Pesan Lewat Daun (2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Cukup Sekali Berair Mata" karya Anjani Kanastren adalah ekspresi mendalam tentang kehilangan cinta dan ketabahan dalam menghadapi kekecewaan. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema cinta, ketidakabadian, dan keteguhan hati melalui penggunaan bahasa yang kuat dan emosional.

Tema Ketidakabadian Cinta dan Ketabahan

Tema utama dalam puisi ini adalah ketidakabadian cinta dan ketabahan menghadapi perpisahan. Pembukaan dengan "Langit serasa runtuh / Ketika kau katakan tak ada lagi cinta untukku" menggambarkan perasaan hancur yang mendalam ketika cinta berakhir. Namun, puisi ini juga menyoroti kekuatan untuk bersabar dan menerima bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak abadi, kecuali Tuhan.

Pengaruh Ketuhanan dan Pengendalian Diri

Baris "Hanya Tuhanlah pemiliknya" menekankan kepercayaan pada kekuatan yang lebih tinggi dan menunjukkan sikap menerima takdir. Setelah kekasihnya pergi, penyair merasakan "sapa Tuhan meraja di jiwa," yang memberikan kekuatan untuk tidak bermain air mata dan tetap tegar. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada Tuhan menjadi sumber ketenangan dan ketabahan bagi penyair.

Ekspresi Emosi dan Resolusi

Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional dari rasa hancur menuju ketenangan dan keteguhan. Dari perasaan sedih dan kecewa, penyair memutuskan untuk "kupacu semangat / Aku tak akan menyerah / Tak pantas berkeluh kesah." Keputusan untuk tidak menyerah dan menjaga semangat hidup menunjukkan keteguhan hati yang kuat.

Metafora dan Bahasa yang Kuat

Penggunaan metafora dalam puisi ini sangat kuat, seperti "Langit serasa runtuh" yang menggambarkan perasaan hancur saat kehilangan cinta. "Seberangkan janji / Pada sekeping hati yang kini mendusta" menggambarkan kekecewaan terhadap janji yang tidak ditepati dan hati yang tidak setia.

Pesan moral dalam puisi ini adalah pentingnya keteguhan hati dan tidak mudah menyerah saat menghadapi kekecewaan dalam cinta. Penyair menunjukkan bahwa air mata tidak perlu dipertahankan dan bahwa kekuatan untuk maju adalah hal yang lebih penting.

Puisi
Puisi: Cukup Sekali Berair Mata
Karya: Anjani Kanastren

Biodata Anjani Kanastren:
  • Anjani Kanastren, adalah nama pena dari Endang Widyaningsih, lahir pada tanggal 18 Januari 1963.
© Sepenuhnya. All rights reserved.