Puisi: Cita-Cita (Karya Arahmaiani)

Puisi "Cita-Cita" karya Arahmaiani mengeksplorasi kontradiksi antara impian perempuan dan ekspektasi sosial yang membatasi mereka.
Cita-Cita

Waktu kecil aku ditanya
Cita-citaku apa
Kubilang mau jadi nabi
Bapak bilang: tidak bisa!
Anak perempuan boleh meraih cita-cita
Mencari ilmu ke Roma atau ke Cina
Mendapat gelar terhormat
Kemuliaan
Tapi bukan sebagai nabi
Itu hanya untuk anak lelaki

Sesudah dewasa
Aku ditanya
Kapan akan berkeluarga
Dan aku bilang: kapan-kapan saja
Sebab keinginanku untuk jadi nabi
Dan boleh mendapat wahyu
Belum juga sirna
Kalaupun aku harus punya lelaki
Mestilah ia seseorang yang
Ingin jadi tuhan.

Yogyakarta, 2002

Sumber: Roh Terasing (2004)

Analisis Puisi:

Puisi "Cita-Cita" karya Arahmaiani adalah sebuah refleksi yang penuh ironi tentang harapan dan ekspektasi gender dalam masyarakat. Penyair mengeksplorasi kontradiksi antara impian perempuan dan ekspektasi sosial yang membatasi mereka.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perlawanan terhadap stereotip gender dan ekspektasi sosial terhadap perempuan dalam masyarakat. Penyair menggambarkan bagaimana impian seorang perempuan untuk mencapai sesuatu yang luar biasa dan tak terbatas dibatasi oleh norma-norma yang ada.

Struktur

  • Puisi ini terdiri dari dua bait dengan baris pendek-pendek namun sarat dengan makna.
  • Struktur puisi ini sederhana tetapi memberikan dampak yang kuat.

Gaya Bahasa

  1. Ironi: Arahmaiani menggunakan ironi untuk menyoroti paradoks antara impian seorang perempuan dan ekspektasi sosial yang membatasinya. Misalnya, cita-cita menjadi nabi yang diinginkan oleh penyair dipandang sebelah mata oleh bapaknya, menyoroti ketidakadilan gender dalam pemahaman sosial.
  2. Kontras: Kontras antara impian penyair yang ambisius dan realitas sosial yang menghambatnya menciptakan ketegangan dan kesadaran yang kuat.
Puisi "Cita-Cita" karya Arahmaiani adalah sebuah pengamatan kritis tentang ekspektasi gender dalam masyarakat. Dengan menggunakan ironi dan kontras, penyair menggambarkan betapa perempuan sering kali dibatasi oleh norma-norma sosial yang membatasi aspirasi dan impian mereka. Puisi ini menjadi pengingat akan pentingnya untuk terus menantang stereotip gender dan memperjuangkan kesetaraan dalam masyarakat.

Arahmaiani
Puisi: Cita-Cita
Karya: Arahmaiani

Biodata Arahmaiani:
  • Arahmaiani lahir pada tanggal 21 Mei 1961 di Bandung.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.