Puisi: Belajar Membaca (Karya Andy Sri Wahyudi)

Puisi "Belajar Membaca" karya Andy Sri Wahyudi mengajak pembaca untuk merenung tentang arti pendidikan sebagai perjalanan yang membawa kita menuju ...
Belajar Membaca
(: Gus Krisna)

Sekolah diawali dari hati yang bahagia
Bahagia tidak dijual di warung-warung
Di warung, ibu bersedih karena ada yang terlupa
Terlupa membuat mantra untuk meraih cinta
Cinta datang dari seberang pulau
Pulau yang berasal dari sayuran dan buah-buahan
Buah-buahan dari tangkai-tangkai yang selalu terjaga
Terjaga di setiap malam, merenungi kekayaan dan kemiskinan
Kemiskinan bukan lahir dari rahim kesenian dan cita-cita
Cita cita menempel di tembok-tembok sekolah
Sekolah untuk para calon pemimpi dan pemimpin
Pemimpin yang mencintai tanah, air dan udara
Udara yang menghidupi suara hati kecil
Hati kecil ingin pergi ke sekolah untuk melihat manusia
Manusia yang ingin belajar membaca dirinya.

Yogya, Februari 2015

Sumber: Energi Bangun Pagi Bahagia (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Belajar Membaca" karya Andy Sri Wahyudi adalah sebuah karya sastra yang merangkum keindahan proses pendidikan dan perjuangan dalam belajar.

Pembukaan dengan Keindahan Hati Bahagia: Puisi dimulai dengan afirmasi bahwa sekolah diawali dari hati yang bahagia. Hati yang bahagia menjadi dasar yang kuat untuk perjalanan pendidikan. Bahagia, menurut puisi ini, tidak dapat ditemukan di warung-warung yang mencerminkan dunia materi, melainkan bersumber dari nilai-nilai yang lebih dalam.

Pertentangan antara Kesedihan dan Kebahagiaan: Penggambaran ibu yang bersedih di warung menyoroti kontras antara kebahagiaan di hati dan kesedihan di dunia nyata. Terlupa membuat mantra untuk meraih cinta menciptakan nuansa kehilangan dan keterbatasan dalam mencapai kebahagiaan sejati.

Simbolisme Pulau, Buah-Buahan, dan Tangkai-tangkai: Simbolisme pulau yang berasal dari sayuran dan buah-buahan mengeksplorasi kekayaan alam dan keterkaitannya dengan pembentukan karakter. Buah-buahan yang terjaga dari tangkai-tangkai menciptakan gambaran tentang ketekunan dan perawatan terhadap nilai-nilai yang berharga.

Refleksi tentang Kemiskinan dan Cita-Cita: Bait berikutnya mengeksplorasi makna kemiskinan dan menolak pandangan bahwa kemiskinan lahir dari rahim kesenian dan cita-cita. Cita-cita yang ditempel di tembok-tembok sekolah menciptakan gambaran tentang harapan dan mimpi sebagai landasan utama dalam mencapai kemakmuran.

Sekolah sebagai Tempat Pembentukan Pemimpin: Puisi menggambarkan sekolah sebagai tempat bagi para calon pemimpi dan pemimpin. Pemimpin yang diharapkan mencintai tanah, air, dan udara menunjukkan pentingnya kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial dalam kepemimpinan.

Peran Udara dalam Menghidupkan Suara Hati Kecil: Bait selanjutnya menyentuh tema kehidupan dan suara hati kecil yang dihidupi oleh udara. Ini menyoroti pentingnya atmosfer positif dalam mendukung perkembangan pribadi dan spiritual.

Hasrat Belajar Membaca sebagai Pintu Menuju Pengetahuan Diri: Bait terakhir menunjukkan hasrat untuk belajar membaca sebagai dorongan untuk lebih memahami diri sendiri dan melihat manusia. Pendidikan dipandang sebagai jendela menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan dunia.

Secara keseluruhan, "Belajar Membaca" mengajak pembaca untuk merenung tentang arti pendidikan sebagai perjalanan yang membawa kita menuju pemahaman diri dan dunia. Puisi ini memberikan apresiasi terhadap nilai-nilai yang melebihi materi dan menegaskan pentingnya pemahaman, cinta, dan kesadaran dalam membentuk generasi yang penuh harapan.

Andy Sri Wahyudi
Puisi: Belajar Membaca
Karya: Andy Sri Wahyudi

Biodata Andy Sri Wahyudi:
  • Andy Sri Wahyudi lahir pada 13 Desember 1980 di kampung Mijen, Minggiran, Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.