Puisi: Amor Fati (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Amor Fati" karya Arif Bagus Prasetyo menggambarkan perasaan seseorang yang menghadapi ketidakpastian dan tragedi dalam hidupnya.
Amor Fati

Terkesiap menatapmu, sorot memar
selongsong mata itu mengerjap tiba-tiba: debar samar
dalam garang prahara, meradang menggeram seram, namun galau
bagai igau malam demam, selimut redam, gerabah pecah, bahasa
karam gemuruh nadi kaum pengungsi; arung nasibmu,
senyum lembut seorang nabi, gadis mungil bermantel merah
yang terjatuh di alun-alun, tak mengaduh, bangkit berlari
menyibak nyeri menyelinap di antara derak tulang terseret
orang-orang Yahudi berangkat pergi, tengadah, beberapa
tak kembali, tak pernah kembali, tertumbuk remuk
di kamp-kamp konsentrasi.

Mantel merah, sesosok gadis mungil yang berlari, beringsut
ke balik babut, ke sayap-sayap kabut, ingin sembunyi
seperti doa, ingin lirih mengucap isyarat-isyarat pucat,
kalimat-kalimat pekat, seperti, Ma, Pa, Riri tercekik!

Padamkan lampu-lampu, Mama, dan lihat
betapa marak cahayaku mabuk berpesta
menari-nari membakar lilin pelupukmu yang gemetar
menggigil memanggil-manggil
girang lazuardi:

siapa, siapakah bersiul
di gigir geram
matahati?

Terkesiap meratapmu, tak kausahut, gerah langkah
yang diterkam dentam sepatu, lalu amis
angin bersiut, wangi amunisi, lalu
sebentuk jidat yang rekah
terbuntel mantel merah.

Padamkan, Papa, lepas.

Mata, caling beling yang mengerling menatapku.
Hati, matahari ngeri.

Tapi seekor laron, Riri, selalu luput membujuk maut
beringsut dari parau tatapmu.

1996

Analisis Puisi:
Puisi "Amor Fati" karya Arif Bagus Prasetyo adalah karya yang menggambarkan perasaan seorang individu yang menghadapi ketidakpastian dan tragedi dalam hidupnya.

Judul Puisi: "Amor Fati" adalah frasa bahasa Latin yang berarti "cinta pada takdir" atau "cinta pada nasib." Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan konsep filosofis di mana seseorang menerima nasibnya, baik dan buruk, dengan penuh cinta dan penerimaan. Judul ini mungkin mengisyaratkan tema kesediaan untuk menerima takdir dalam puisi.

Gambaran Awal: Puisi dimulai dengan penggambaran sorot mata yang memar dan terkesiap. Sorot mata ini tampaknya melambangkan penderitaan atau ketidakpastian yang mendalam dalam kehidupan individu yang diceritakan dalam puisi.

Referensi Sejarah: Puisi ini merujuk pada sejarah Yahudi dan pengalaman Holocaust. Ini terlihat dari deskripsi orang-orang Yahudi yang pergi ke kamp-kamp konsentrasi, beberapa di antaranya tidak pernah kembali. Ini menggambarkan tragedi besar yang dihadapi oleh komunitas Yahudi selama periode Holocaust.

Gadis Mungil: Motif gadis mungil dengan mantel merah yang muncul beberapa kali dalam puisi ini mungkin menggambarkan kepolosan, ketidakberdayaan, atau lambang harapan di tengah kegelapan dan ketidakpastian.

Pemberontakan Terhadap Ketidakpastian: Ada elemen pemberontakan terhadap ketidakpastian dan kegelisahan dalam puisi ini. Bahkan dalam situasi yang penuh penderitaan, puisi ini menciptakan gambaran seorang individu yang berusaha melawan, mencari harapan, dan mencoba untuk memahami makna dalam kehidupan yang keras.

Cahaya dan Kegelapan: Puisi ini menggunakan kontras antara cahaya dan kegelapan untuk menyoroti tema perjuangan dan penerimaan takdir. Ada upaya untuk menerangi kehidupan dan mengatasi kegelapan yang melingkupi.

Pesan Akhir: Puisi ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah pesan tentang ketidakpastian dan penderitaan dalam hidup. Meskipun penuh dengan kesulitan, puisi ini mencoba untuk menemukan makna dalam pengalaman tersebut dan menggambarkan upaya individu untuk tetap berjuang dan tidak menyerah terhadap takdir.

Puisi "Amor Fati" adalah karya yang mendalam yang menggambarkan pengalaman individu yang dihadapkan pada ketidakpastian dan tragedi dalam hidupnya. Ini menciptakan gambaran tentang perjuangan, penerimaan takdir, dan ketidakpastian manusia di dunia yang keras.

Puisi
Puisi: Amor Fati
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.