Puisi: Yang Tinggal dan Yang Pergi (Karya Toto Sudarto Bachtiar)

Puisi "Yang Tinggal dan Yang Pergi" karya Toto Sudarto Bachtiar menggambarkan perasaan kerinduan, kepergian, pelarian, dan pertemuan yang dinanti.
Yang Tinggal dan Yang Pergi


Yang perempuan rindukan
Detik dan waktu yang lalu dan tua
Kembali lagi yang sealun karam
Di linangan air mata
Dan kepulan debu di jalan

Ini bisa manis
Laksana anggur tua
Antara gigi mutiara
Bisa ngeri sekali
Seperti jalan bintang
Tenggelam dalam laut malam

Yang perempuan tinggal
Dan tungku perapian
Terus menyala bernafsu
Semenjak dipelihara sama kasih kersang
Dan angin barat yang amat dahsyat

Yang lelaki pergi
Melalui jendela dunia lepas
Terengah ke daerah tiada bernama
Menuju dinding pecah dan ditembusi
Sepanjang hari
Tiada sepanjang pacuan lama

Dan yang lelaki yang pelarian
Yang buruan
Bebas hawa bahkan hingga dari maut
Yang tiada pernah ditangiskan
Yang tiada pernah dinyanyikan

Datangnya pertemuan, diambang surga
Setelah kegelapan dan kesabaran hilang
Dengan batas detik itu
Mereka tiupi perapian cinta
Dan mereka berdiang dengan mesra.


Sumber: Majalah Zenith (Maret, 1951)

Analisis Puisi:
Puisi "Yang Tinggal dan Yang Pergi" oleh Toto Sudarto Bachtiar adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan perempuan yang merindukan kehadiran seseorang yang telah pergi, serta perasaan lelaki yang melarikan diri dan berusaha untuk menghindari perburuan.

Perasaan Kerinduan dan Kepergian: Puisi ini menggambarkan perasaan kerinduan yang mendalam dari seorang perempuan terhadap seseorang yang telah pergi. Ia merindukan saat-saat yang telah berlalu dan merasa seperti waktu itu "karam" dalam air mata dan debu di jalan.

Kontras Emosi: Puisi ini menciptakan kontras antara perasaan yang manis dan mengerikan. Ada perasaan manis seperti anggur tua yang menggambarkan kenangan indah, tetapi juga ada ketegangan yang mengingatkan pada malam yang gelap dan bintang yang tenggelam dalam laut.

Penggambaran Lelaki yang Melarikan Diri: Puisi ini menciptakan gambaran tentang seorang lelaki yang pergi dan mencari pelarian dari dunia yang ia tinggalkan. Ia pergi melalui "jendela dunia lepas" dan berlari hingga ke wilayah yang tak dikenal. Ia adalah seorang pelarian yang terus berlari, bahkan hingga ia mencapai dinding yang tidak pernah ditembusi.

Pertemuan yang Dinanti-Nantikan: Puisi ini menciptakan ekspektasi akan pertemuan antara yang perempuan dan yang lelaki yang telah pergi. Pertemuan ini digambarkan sebagai momen yang diinginkan, yang terjadi setelah kegelapan dan kesabaran yang panjang. Pertemuan tersebut diungkapkan sebagai "perapian cinta" yang ditiupi dan meriah.

Bahasa yang Kuat dan Imajinatif: Toto Sudarto Bachtiar menggunakan bahasa yang kuat dan imajinatif dalam puisi ini untuk menciptakan gambaran yang mendalam tentang perasaan dan pengalaman karakter-karakternya. Bahasa seperti "jalan bintang" dan "batas detik" membangkitkan imaji yang kuat.

Tema-Tema Romantis dan Melankolis: Puisi ini mencakup tema-tema romantis dan melankolis yang menggambarkan perasaan cinta yang mendalam dan kerinduan yang mendalam. Namun, juga ada elemen ketegangan dan pelarian yang menciptakan kontras dalam puisi.

Secara keseluruhan, puisi "Yang Tinggal dan Yang Pergi" karya Toto Sudarto Bachtiar adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan kerinduan, kepergian, pelarian, dan pertemuan yang dinanti-nantikan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas emosi manusia dalam konteks hubungan dan kehidupan.

Puisi: Yang Tinggal dan Yang Pergi
Puisi: Yang Tinggal dan Yang Pergi
Karya: Toto Sudarto Bachtiar

Biodata Toto Sudarto Bachtiar:
  • Toto Sudarto Bachtiar lahir pada tanggal 12 Oktober 1929 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat.
  • Toto Sudarto Bachtiar meninggal dunia pada tanggal 9 Oktober 2007 (pada usia 77 tahun).
  • Toto Sudarto Bachtiar adalah salah satu Penyair Indonesia Angkatan 1950-1960-an.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • JendelaSebuah bingkai teramat sederhanayang merangkum beragam tamasyadan mengangkat, jadi hidup dan bicaralebih kekal dalam kenangan kitakadang menjenguk di ambangnyasekuntum bunga…
  • Ketika Bersuaada rasa gemetar ketika kita bersuakerinduan memanggil-manggil sajasebaris puisi pun mendadak terciptadalam degup cinta kasih paruh bayamula-mula cahaya mata, lalu kat…
  • Selepas Senja (1)Setitik sampanDi tengah remang senjaLaut menghamparSelepas Senja (2)Mentari lesapOmbak-ombak berlariLembayung padamSelepas Senja (3)Selepas senjaKabut semakin teba…
  • Seorang AnakSeorang anak berjalanMencari guguran bungaDi kuburan. Seekor gagakMelompat dari dahanAnak memungut bungaDi bawah pohon trembesiMenjelang petang tibaGagak berkoak sepi20…
  • Lagu EmbunBahkan kesedihan pun dewasaDi matamu. Ia tahu makna dunia yang fanaDan paham tentang asinnya airmataKetika langit menyalaMenyaksikan perang saudaraMatamu buta. Dan kesedi…
  • MeiKau datang dari sebuah ujung yang jauhDatang dengan tas punggung serta sungging senyumYang tergantung ngungun. Pada subuh yang dingin ituBandung bagaikan kuburan “Ke sini aku ha…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.