Puisi: Sungai Barito (Karya Ahda Imran)

Puisi "Sungai Barito" karya Ahda Imran mengundang pembaca untuk merenungkan kehidupan sehari-hari yang terjadi di sepanjang Sungai Barito.
Sungai Barito

Sungai ini seolah tak bergerak
tak mengingatkanku pada negeri di mana pun
di Muara Kuin aku menemukan tubuh perempuan
adalah perahu. Membawa limau, pisang, kelapa,
semangka, dan labu. Mereka berkerumun,
bergumam, mendayung

Keringatnya jatuh di air

Alun sungai, perahu beradu
dan bergesekan, terapung. Di kejauhan deretan
gudang-gudang kayu, ibu yang menyabuni
anaknya, lelaki yang menggosok gigi,
dan seorang gadis yang keluar
dari dalam air

Sungai ini tak membawaku ke mana pun
Oyos dan Ari berdiri di atap perahu
dengan tustelnya. Di perahu yang lain Joni
melambai. Saut berdiri dengan rambut gimbal,
mirip hantu sungai. Seiko, gadis Jepang itu,
sibuk mencatat hikayat Suriansyah, leluhur
negeri Banjar. Katrin menelepon
Oma-nya di Jerman

"Kata Oma, di Meksiko ada juga pasar
seperti ini."

Aku memesan kopi dan mengunyah
pundut dari warung perahu yang mencuci
gelas dan piringnya ke dalam sungai
kubayangkan keringat perempuan-perempuan
atas perahu itu masuk ke dalam tubuhku,

mendayung rohku ke lubuk air

Oyos dan Ari masih memotret. Seiko
masih mencatat Suriansyah. Katrin masih
bercerita tentang Oma-nya, tentang sungai
di Meksiko. Tapi sungai ini tak mengingatkanku
pada siapa dan pada tempat di mana pun
perempuan-perempuan atas perahu itu telah
membawaku ke dalam tubuhnya

Di Muara Kuin,
keringat kami jatuh di air ...
2007

Sumber: Penunggang Kuda Negeri Malam (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Sungai Barito" karya Ahda Imran menciptakan lukisan kata yang indah tentang sungai yang hidup, kaya akan aktivitas dan kisah kehidupan sehari-hari.

Simbolisme Sungai: Sungai Barito digunakan sebagai simbol kehidupan yang terus mengalir. Meskipun fisik sungai mungkin tampak tidak bergerak, namun melalui kisah-kisah yang diungkapkan dalam puisi ini, sungai menjadi penuh dengan kehidupan dan aktivitas.

Pemandangan di Muara Kuin: Penggambaran Muara Kuin sebagai tempat di mana sungai bertemu dengan laut, melibatkan berbagai aktivitas seperti perahu yang membawa berbagai jenis buah, kegiatan sehari-hari di pinggir sungai, dan interaksi antarpenduduk.

Perahu sebagai Metafora Kehidupan: Perahu yang digambarkan membawa berbagai jenis buah menjadi metafora bagi kehidupan yang berkelanjutan. Perahu tidak hanya sarana transportasi, tetapi juga membawa makna tentang perjalanan hidup dan aktivitas sehari-hari.

Ragam Warna dan Suasana: Deskripsi tentang deretan gudang kayu, perempuan yang menyabuni anaknya, lelaki yang menggosok gigi, dan gadis yang keluar dari air memberikan gambaran akan keberagaman kehidupan sepanjang sungai. Warna-warna ini menciptakan atmosfer yang hidup dan penuh warna.

Interaksi Antar Karakter: Munculnya karakter-karakter seperti Oyos, Ari, Joni, Saut, Seiko, dan Katrin menambah dimensi kisah. Mereka memberikan warna dan keragaman dengan aktivitas dan percakapan mereka, menciptakan lapisan kehidupan yang kompleks di sepanjang sungai.

Sentuhan Kultural dan Internasional: Sentuhan kultural muncul melalui catatan Seiko tentang Suriansyah, leluhur negeri Banjar, sementara Katrin membawa nuansa internasional dengan ceritanya tentang Oma di Jerman dan perbandingannya dengan sungai di Meksiko.

Kesatuan dengan Alam: Puisi ini menunjukkan kesatuan antara manusia dan alam, dengan menyatukan keringat perempuan-perempuan di atas perahu dengan aliran sungai. Hal ini menciptakan gambaran spiritual dan harmonis.

Simpul Emosional di Muara Kuin: Puisi berakhir dengan keintiman yang mendalam di Muara Kuin, di mana keringat mereka jatuh ke dalam air, menciptakan rasa persatuan dan keterhubungan dengan alam.

Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, Ahda Imran berhasil menciptakan puisi yang memikat dan kaya akan makna, mengundang pembaca untuk merenungkan kehidupan sehari-hari yang terjadi di sepanjang Sungai Barito.

Ahda Imran
Puisi: Sungai Barito
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.