Analisis Puisi:
Puisi "Sungai Barito" karya Ahda Imran menciptakan lukisan kata yang indah tentang sungai yang hidup, kaya akan aktivitas dan kisah kehidupan sehari-hari.
Simbolisme Sungai: Sungai Barito digunakan sebagai simbol kehidupan yang terus mengalir. Meskipun fisik sungai mungkin tampak tidak bergerak, namun melalui kisah-kisah yang diungkapkan dalam puisi ini, sungai menjadi penuh dengan kehidupan dan aktivitas.
Pemandangan di Muara Kuin: Penggambaran Muara Kuin sebagai tempat di mana sungai bertemu dengan laut, melibatkan berbagai aktivitas seperti perahu yang membawa berbagai jenis buah, kegiatan sehari-hari di pinggir sungai, dan interaksi antarpenduduk.
Perahu sebagai Metafora Kehidupan: Perahu yang digambarkan membawa berbagai jenis buah menjadi metafora bagi kehidupan yang berkelanjutan. Perahu tidak hanya sarana transportasi, tetapi juga membawa makna tentang perjalanan hidup dan aktivitas sehari-hari.
Ragam Warna dan Suasana: Deskripsi tentang deretan gudang kayu, perempuan yang menyabuni anaknya, lelaki yang menggosok gigi, dan gadis yang keluar dari air memberikan gambaran akan keberagaman kehidupan sepanjang sungai. Warna-warna ini menciptakan atmosfer yang hidup dan penuh warna.
Interaksi Antar Karakter: Munculnya karakter-karakter seperti Oyos, Ari, Joni, Saut, Seiko, dan Katrin menambah dimensi kisah. Mereka memberikan warna dan keragaman dengan aktivitas dan percakapan mereka, menciptakan lapisan kehidupan yang kompleks di sepanjang sungai.
Sentuhan Kultural dan Internasional: Sentuhan kultural muncul melalui catatan Seiko tentang Suriansyah, leluhur negeri Banjar, sementara Katrin membawa nuansa internasional dengan ceritanya tentang Oma di Jerman dan perbandingannya dengan sungai di Meksiko.
Kesatuan dengan Alam: Puisi ini menunjukkan kesatuan antara manusia dan alam, dengan menyatukan keringat perempuan-perempuan di atas perahu dengan aliran sungai. Hal ini menciptakan gambaran spiritual dan harmonis.
Simpul Emosional di Muara Kuin: Puisi berakhir dengan keintiman yang mendalam di Muara Kuin, di mana keringat mereka jatuh ke dalam air, menciptakan rasa persatuan dan keterhubungan dengan alam.
Dengan menggabungkan elemen-elemen ini, Ahda Imran berhasil menciptakan puisi yang memikat dan kaya akan makna, mengundang pembaca untuk merenungkan kehidupan sehari-hari yang terjadi di sepanjang Sungai Barito.