Puisi: Sepanjang Jalanan (Karya Ahda Imran)

Puisi "Sepanjang Jalanan" karya Ahda Imran menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu dalam menghadapi dunia yang penuh ...
Sepanjang Jalanan

Kutulis sajak ini di atas seekor kuda
ketika lorong-lorong angin menghembuskan
suaramu jauh ke ruang-ruang bawah tanah
di kejauhan mereka membuat senja
dari tanah air penuh bendera. Malam
seperti mulut para penghasut

Ketahuilah, sayang, kafe-kafe yang tenang
bukan lagi rumahku. Akulah penunggang
kuda dari negeri malam itu. Negeri
di mana dendam mesti dinyatakan,
menjadi hasrat untuk menemukan kata-kata
dari setiap butir debu di rambut anakku

Kuserahkan tubuhku pada semesta
kesedihan, seperti kegembiraan yang juga
datang padaku. Kuhadiri makan malam
para pejabat, anggota parlemen
dan panglima militer, rapat-rapat partai,
dan pertunjukan teater. Kau tahu,
mereka menganiayaku, hanya karena
aku masih punya telinga

Juga ketahuilah, sayang, ketika sampai aku
pada bait ini, kudaku sedang berlari kencang
melebihi kata-kata yang menjemput para penyair
dan paderi di ruang-ruang bawah tanah itu
kumasuki kota dan perkampungan dari sudut
yang paling tak terduga, ketika orang-orang
berkomplot membuat tanah air yang lain
dari sejarah

yang tak pernah punya telinga.

2004

Sumber: Penunggang Kuda Negeri Malam (2008)

Analisis Puisi:

Ahda Imran dalam puisi "Sepanjang Jalanan" menyuguhkan kisah yang menggugah tentang perjalanan seorang individu yang bergulat dengan kesedihan, kemarahan, dan pencarian makna dalam kehidupan yang penuh gejolak. Dengan latar belakang yang penuh konflik, puisi ini mengeksplorasi tema perjuangan, pengkhianatan, dan harapan dalam menghadapi realitas yang keras dan tak terduga.

Kisah Penunggang Kuda dalam Dunia yang Penuh Konflik

Puisi ini dimulai dengan gambar yang kuat, "Kutulis sajak ini di atas seekor kuda," yang mengindikasikan mobilitas dan perjalanan. Penunggang kuda ini tidak hanya berkelana secara fisik tetapi juga secara emosional dan spiritual. Lorong-lorong angin yang membawa suara ke ruang-ruang bawah tanah menciptakan suasana misteri dan kesepian, seakan-akan suara-suara itu adalah kenangan atau pesan yang tersembunyi dalam kedalaman hati dan pikiran.

"Malam seperti mulut para penghasut" memberikan kesan malam yang gelap dan penuh ancaman, di mana fitnah dan kebohongan merajalela. Ini menggambarkan keadaan yang tidak aman dan penuh ketidakpastian, mencerminkan situasi politik atau sosial yang kacau.

Perjuangan dan Pengkhianatan

Puisi ini mengisahkan seorang individu yang berada di negeri malam, tempat di mana dendam harus dinyatakan dan kata-kata harus ditemukan dari setiap butir debu di rambut anaknya. Ini menunjukkan betapa pentingnya menemukan suara dan kekuatan dalam menghadapi ketidakadilan. Individu ini harus menyerahkan tubuhnya pada semesta kesedihan dan kegembiraan, mencerminkan dualitas kehidupan dan perjuangan pribadi dalam mencari makna.

Pertemuan dengan para pejabat, anggota parlemen, panglima militer, dan rapat-rapat partai menggambarkan dunia politik dan kekuasaan yang penuh dengan manipulasi dan pengkhianatan. "Mereka menganiayaku, hanya karena aku masih punya telinga" menunjukkan bagaimana individu ini dihukum karena berusaha mendengar dan memahami, mencerminkan bagaimana kebenaran sering kali ditindas dalam masyarakat yang korup.

Pencarian dan Harapan

Ketika penunggang kuda mencapai bait berikutnya, kudanya sedang berlari kencang, melampaui kata-kata yang menjemput para penyair dan paderi di ruang-ruang bawah tanah. Ini menggambarkan keinginan yang kuat untuk melampaui batasan dan menemukan kebenaran. Kota dan perkampungan yang dimasuki dari sudut yang tak terduga menunjukkan bahwa pencarian ini adalah tentang menemukan harapan dan perubahan di tempat-tempat yang tidak terduga.

"Ketika orang-orang berkomplot membuat tanah air yang lain dari sejarah yang tak pernah punya telinga" adalah refleksi tentang bagaimana sejarah sering kali diabaikan dan dilupakan. Namun, ada harapan dalam menciptakan masa depan yang berbeda, di mana suara-suara yang terabaikan dapat didengar dan dihargai.

Puisi "Sepanjang Jalanan" karya Ahda Imran adalah karya yang mendalam dan reflektif, yang menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu dalam menghadapi dunia yang penuh konflik dan ketidakpastian. Dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang puitis, puisi ini mengeksplorasi tema-tema perjuangan, pengkhianatan, dan harapan dalam konteks yang luas dan mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna perjuangan pribadi dan kolektif dalam mencari kebenaran dan keadilan dalam kehidupan yang kompleks dan penuh tantangan.

Ahda Imran
Puisi: Sepanjang Jalanan
Karya: Ahda Imran

Biodata Ahda Imran:
  • Ahda Imran lahir pada tanggal 10 Agustus 1966 di Baruah Gunuang, Sumatera Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.