Puisi: Selimut (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Selimut" karya Iswadi Pratama menggambarkan perjalanan emosi dan imajinasi seorang anak yang mencari pelarian dan kebebasan dari kenyataan ...
Selimut

Ketika kecil aku sering nyumput di balik selimut
Menghindar dari terang cahaya. Ingin sekali melampaui takut;
merasakan sesuatu di luar tata

Di dalam gelap, tak ada kekang. Seperti kumasuki
lorong panjang dan mengangankan nun di ujung
seberkas cahaya membimbingku ke tanah impian
di mana aku menjadi seorang tuan

Tapi ibu selalu menyingkap selimut itu dan berkata,
"Keluarlah cepat, nanti kau tersesat."

Ah, ibu terlalu serius. Sekadar angan pun harus diurus.

2001

Analisis Puisi:

Puisi "Selimut" karya Iswadi Pratama menggambarkan perjalanan emosi dan imajinasi seorang anak yang mencari pelarian dan kebebasan dari kenyataan melalui tindakan sederhana: bersembunyi di balik selimut. Melalui bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini menggali tema-tema seperti ketakutan, imajinasi, dan pengawasan orang tua.

Tema dan Makna

  • Pelarian dan Keamanan: Di awal puisi, tindakan bersembunyi di balik selimut mencerminkan kebutuhan anak untuk merasa aman dan terlindungi dari dunia luar. Selimut menjadi metafora untuk perlindungan dan keamanan yang dicari anak dalam menghadapi ketakutan dan ketidakpastian.
  • Imajinasi dan Kebebasan: Di balik selimut, anak merasa bebas untuk berimajinasi dan mengeksplorasi dunia yang berbeda dari kenyataan. "Seperti kumasuki lorong panjang dan mengangankan nun di ujung seberkas cahaya membimbingku ke tanah impian" menunjukkan bagaimana gelapnya selimut membuka pintu bagi anak untuk menjelajahi dunia imajinatif di mana ia bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi seorang tuan.
  • Pengawasan dan Kekhawatiran Orang Tua: Respon ibu yang selalu menyingkap selimut mencerminkan kekhawatiran dan perhatian orang tua terhadap anaknya. "Keluarlah cepat, nanti kau tersesat" menunjukkan ketakutan ibu bahwa anaknya mungkin terlalu tenggelam dalam imajinasi hingga kehilangan jejak kenyataan.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Bahasa yang Sederhana dan Jelas: Gaya bahasa dalam puisi ini sederhana dan mudah dimengerti, mencerminkan perspektif seorang anak. Pilihan kata yang sederhana membuat puisi ini dapat dinikmati oleh berbagai kalangan pembaca.
  • Metafora dan Imajinasi: Selimut sebagai metafora untuk perlindungan dan lorong gelap sebagai jalan menuju imajinasi merupakan elemen kunci dalam puisi ini. Metafora ini memperkaya makna dan membantu pembaca untuk merasakan perasaan anak yang terungkap dalam puisi.
  • Konflik Internal dan Eksternal: Konflik antara keinginan anak untuk berimajinasi dan kekhawatiran ibu menciptakan ketegangan dalam puisi. Ini mencerminkan konflik internal anak antara hasrat untuk melarikan diri ke dunia imajinatif dan realitas eksternal yang ditetapkan oleh orang tua.

Emosi dan Suasana

  • Nostalgia dan Keingintahuan: Puisi ini membawa pembaca kembali ke masa kecil, menghadirkan perasaan nostalgia dan keingintahuan yang khas pada anak-anak. Keinginan untuk menjelajahi dan mengatasi rasa takut melalui imajinasi adalah pengalaman universal yang dapat dikenali oleh banyak orang.
  • Kekhawatiran dan Perlindungan: Respon ibu mencerminkan kekhawatiran dan naluri perlindungan yang alami. Ini menambahkan lapisan emosi yang memperkuat pesan tentang hubungan antara anak dan orang tua.

Pesan dan Refleksi

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya imajinasi dalam perkembangan anak dan bagaimana orang tua sering kali berusaha melindungi anak mereka dari potensi bahaya. Namun, puisi ini juga menekankan bahwa membiarkan anak berimajinasi adalah bagian penting dari pertumbuhan dan pembelajaran mereka.

Puisi ini juga menyiratkan kritik halus terhadap kecenderungan orang tua untuk terlalu mengatur dan membatasi imajinasi anak-anak mereka. Dengan menyatakan "Ah, ibu terlalu serius. Sekadar angan pun harus diurus," puisi ini mengingatkan bahwa imajinasi adalah bagian penting dari masa kecil yang tidak boleh diabaikan.

Puisi "Selimut" karya Iswadi Pratama adalah puisi yang kaya akan makna dan emosi, menggabungkan tema pelarian, imajinasi, dan pengawasan orang tua melalui bahasa yang sederhana namun mendalam. Melalui metafora dan konflik internal serta eksternal, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya memberikan ruang bagi imajinasi dan kebebasan anak dalam proses tumbuh kembang mereka. Dengan demikian, puisi ini tidak hanya menggambarkan pengalaman masa kecil yang universal tetapi juga memberikan pesan yang relevan bagi orang tua dan pendidik.

Iswadi Pratama
Puisi: Selimut
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.