Puisi: Merindukan Bahagia (Karya Asmara Hadi)

Puisi "Merindukan Bahagia" yang ditulis oleh Asmara Hadi menggambarkan perasaan rindu dan kehancuran yang dirasakan oleh sang penyair terhadap ...
Merindukan Bahagia

Jikalau hari lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Alam seperti dalam semadhi
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tiada berwatas
Menangis hati diiris sedih

Fikiranku melayang perlahan
Di atas sayap kenangan sunyi
Ke pantai waktu nan telah lalu
Jiwa menangis tertahan-tahan
Terkenang nasib Tanahku ini:
Mengandung pilu, menjunjung malu

Terkenang waktu zaman cemerlang
Mandi di sinar surya Merdeka
Terang cahaya Indonesia
Air mataku jatuh berlinang
Hancur hati dihempaskan duka
Hilang gaya, tiada berdaya

Wahai panah kenangan rindu
Sudahlah engkau meluka hati
Jangan mendamba masa nan sudah
Dengar di sana nyanyian merdu
Seperti makai petunang sakti
Menghapus gundah di dalam dada

Nyanyian merdu terdengar terang
Datangnya dari sebelah Timur
Dimana surya hampir bercahya
Nyanyian anak zaman sekarang:
"Indonesia Tanahku makmur,
Hampir bercahya surya Bahagia!"

Sumber: Pujangga Baru (Desember, 1933)

Analisis Puisi:

Puisi "Merindukan Bahagia" yang ditulis oleh Asmara Hadi menggambarkan perasaan rindu dan kehancuran yang dirasakan oleh sang penyair terhadap masa lalu dan masa kini Indonesia. Dalam analisis ini, kita akan membahas beberapa elemen kunci dalam puisi ini, termasuk tema, gaya bahasa, dan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.

Tema Puisi: Puisi ini memiliki tema utama yang mencakup dua aspek penting. Pertama, adalah perasaan rindu dan nostalgia terhadap masa lalu Indonesia yang merdeka dan penuh semangat. Kedua, adalah perasaan kekecewaan dan kehancuran terhadap kondisi Indonesia saat ini. Puisi ini mencoba menggambarkan perbedaan antara masa lalu yang gemilang dan masa kini yang mungkin penuh dengan konflik dan ketidakpastian.

Struktur dan Gaya Bahasa: Puisi ini terdiri dari beberapa bait yang berupa kumpulan kalimat pendek yang memiliki irama dan ritme tertentu. Gaya bahasa yang digunakan oleh penyair adalah sangat deskriptif, dan ia menggunakan gambaran-gambaran yang kuat untuk menggambarkan perasaannya. Sebagai contoh, penyair menggunakan kata-kata seperti "Dalam laut tiada berwatas" dan "Di atas sayap kenangan sunyi" untuk menciptakan gambaran visual yang kuat bagi pembaca.

Selain itu, penyair juga menggunakan perbandingan (simile) dalam bait ketiga dengan kalimat "Jiwa menangis tertahan-tahan seperti nasib Tanahku ini." Dalam kalimat ini, penyair mengaitkan perasaan jiwa yang tertahan-tahan dengan nasib yang sama-sama tertahan-tahan, menciptakan hubungan emosional yang kuat.

Pesan Puisi: Pesan utama yang ingin disampaikan oleh penyair adalah perasaan rindu terhadap masa lalu yang gemilang dan semangat perjuangan Indonesia. Penyair merindukan momen-momen kebahagiaan dan kebanggaan saat Indonesia merdeka. Namun, penyair juga mencerminkan kekecewaannya terhadap kondisi Indonesia saat ini yang mungkin dipenuhi dengan masalah dan ketidakpastian.

Puisi ini juga mencoba memberikan harapan bahwa Indonesia masih memiliki potensi untuk menjadi lebih baik dan mencapai kebahagiaan di masa depan. Ini tercermin dalam bait terakhir dengan nyanyian anak zaman sekarang yang menggambarkan harapan akan masa depan yang cerah.

Puisi "Merindukan Bahagia" karya Asmara Hadi adalah ekspresi perasaan rindu, nostalgia, dan kekecewaan terhadap perubahan yang terjadi di Indonesia dari masa lalu hingga masa kini. Penyair menggunakan bahasa deskriptif dan gambaran visual untuk menggambarkan perasaannya, sementara juga mencoba menyampaikan pesan harapan terhadap masa depan yang lebih baik. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan Indonesia dan pentingnya mempertahankan semangat perjuangan.

Puisi: Merindukan Bahagia
Puisi: Merindukan Bahagia
Karya: Asmara Hadi

Biodata Asmara Hadi:
  • Asmara Hadi lahir di Talo, Bengkulu, pada tanggal 8 September 1914.
  • Asmara Hadi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 3 September 1976 (pada usia 61 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.