Analisis Puisi:
Puisi "Brosur Wisata Belanja Kota Bandung" karya Ahda Imran merupakan kritik sosial terhadap perkembangan Kota Bandung yang diidentifikasi dengan budaya belanja dan gaya hidup konsumerisme.
Kritik Terhadap Konsumerisme: Puisi ini menggambarkan Kota Bandung sebagai pusat belanja dan gaya hidup yang didominasi oleh konsumerisme. Penyair menyoroti bagaimana belanja telah menjadi kegiatan utama, dengan toko-toko baju dan pusat perbelanjaan yang mendominasi pemandangan kota.
Penggambaran Ironis: Ahda Imran menggunakan bahasa yang kaya akan ironi untuk menggambarkan fenomena belanja di Kota Bandung. Ia menggambarkan bagaimana kota ini dibangun dari "sisa-sisa kecantikan seorang germo" yang secara implisit menunjukkan materialisme dan ketidakseimbangan dalam distribusi kekayaan.
Kritik Terhadap Kebangsaan dan Identitas Lokal: Puisi ini juga menyuarakan keprihatinan terhadap hilangnya identitas lokal dalam keberhasilan Kota Bandung sebagai pusat belanja. Penggunaan istilah-istilah Prancis dan Inggris dalam nama-nama toko dan bangunan menyoroti hilangnya keselarasan dengan budaya lokal.
Metafora tentang Konsumsi dan Kesenangan Palsu: Penggambaran tentang makanan dan suasana kota yang menggoda menyoroti budaya konsumsi yang memanjakan dan memuaskan keinginan fisik, namun juga menciptakan kesan palsu dan dangkal.
Kritik Terhadap Kemiskinan dan Ketidakadilan Sosial: Meskipun Kota Bandung dikenal dengan pusat perbelanjaannya, puisi ini juga menyoroti ketidakadilan sosial dan kemiskinan yang masih ada di tengah kemewahan dan kemegahan yang terpampang.
Dengan gaya bahasa yang tajam dan metafora yang kaya, Ahda Imran berhasil menciptakan gambaran yang kuat tentang kompleksitas dan kontradiksi dalam fenomena belanja dan gaya hidup konsumerisme di Kota Bandung. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari konsumerisme terhadap budaya, identitas, dan ketimpangan sosial.