Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Rumah Pusaka (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Rumah Pusaka" oleh Gunoto Saparie merangkum dalam dirinya kehangatan, kenangan masa kanak-kanak, dan pertanyaan tentang arti sejati dari ...
Rumah Pusaka

di dalam rumah pusaka tua
tersimpan kenangan masa kanak
larut dalam keheningan senja di desa
di sini, di kampung halaman nenek

bersama memudarnya cat dinding
aku tumbuh bersama para saudara
likat tanah kelahiran dan lumpur pematang
di lantai ini kubangun impian fana

apakah arti rumah sesungguhnya?
apakah makna lukisan, o sayang?
di ruang tamu kulihat senyum bunda
di halaman kusaksikan ribuan kunang-kunang.

Analisis Puisi:

Puisi "Rumah Pusaka" oleh Gunoto Saparie merangkum dalam dirinya kehangatan, kenangan masa kanak-kanak, dan pertanyaan tentang arti sejati dari sebuah rumah. Dalam prosa yang sederhana namun kaya akan emosi, penyair mengajak pembaca untuk merenungi kedalaman hubungan manusia dengan rumah, masa lalu, dan identitas.

Keintiman dan Kenangan Masa Kanak-Kanak

Puisi ini menciptakan suasana keintiman yang mendalam dengan menggambarkan suasana rumah pusaka yang tua. Di dalamnya, terdapat kenangan masa kanak-kanak yang lekat dengan kedamaian senja di desa. Suara riuh rendah anak-anak yang bermain dan senyum bunda di ruang tamu menjadi bagian tak terpisahkan dari citra rumah tersebut.

Hubungan dengan Tanah Kelahiran

Penyair menekankan hubungan erat dengan tanah kelahiran melalui kata-kata "likat tanah kelahiran dan lumpur pematang". Ini tidak hanya mencerminkan ikatan fisik dengan tempat itu, tetapi juga menggambarkan ikatan emosional dan spiritual yang dalam dengan akar budaya dan tradisi.

Pertanyaan Filosofis tentang Arti Rumah

Puisi mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang arti sejati dari sebuah rumah. Apakah rumah hanya sebatas struktur fisik? Apakah rumah juga mencakup kenangan, ikatan emosional, dan makna-makna yang terkait dengan hubungan manusia di dalamnya? Penyair mendorong pembaca untuk merenungkan makna rumah dalam konteks lebih luas.

Kehadiran Budaya dan Alam

Puisi ini tidak hanya berbicara tentang manusia dan rumah, tetapi juga menggambarkan kehadiran budaya dan alam sekitarnya. Melalui gambaran ribuan kunang-kunang di halaman, penyair menekankan keindahan dan keajaiban alam yang melingkupi rumah pusaka tersebut.

Puisi "Rumah Pusaka" adalah sebuah puisi yang memukau dan mendalam, menggambarkan kehangatan, kenangan masa kanak-kanak, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang makna rumah. Dengan bahasa yang sederhana namun kaya akan makna, Gunoto Saparie berhasil menciptakan sebuah karya yang memukau pembaca dan mengundang mereka untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan rumah dan identitasnya.

Foto Gunoto Saparie
Puisi: Rumah Pusaka
Karya: Gunoto Saparie

Gunoto Saparie. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  dan Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).


Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), dan Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta.  Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.