Puisi: Pohon Mangga (Karya Agit Yogi Subandi)

Puisi "Pohon Mangga" karya Agit Yogi Subandi menggambarkan perasaan, kenangan, dan konflik emosional seseorang dalam hubungannya dengan alam dan ...
Pohon Mangga

Pohon mangga, ia adalah tempurung yang melapisi
ribuan kepingan ingatan di kepalaku. suatu ketika,
aku duduk di bawah pohon mangga, menuliskan
malam yang berlalu dan ucapan terakhir dari
daun-daun gugur kepada cabang pohon. dan di
bawah pohon mangga itu, aku mengambil buah
mangga ranum dan bulat lonjong, persis sekal dada
perempuan. dapat kukatakan hijau seperti seragam
tentara. betapa tanganku mencengkeram bagai elang
yang lapar. kutimang-timang, lalu kubelah-belah.
ah, betapa masam dan resam tubuhnya. membuat
ngilu di geraham dan perutku. sayang, tak kutemui
asin garam atau manis gula di tubuhnya. mungkin
aku harus bersabar menunggunya terjatuh seperti
setitik hujan dan berkata: “aku hadiahi tubuhku
yang matang kepada mulut, lidah, tenggorokanmu
dan perutmu. agar tak merasa bosan bertamasya di
dekatku.” kemudian untuk terakhir kali, aku duduk
di bawah pohon itu lagi. mengucap selamat tinggal.
tapi ia bergeming, hanya sesekali daunnya jatuh di
ubun-ubunku, sesekali pula ranting yang kerap
bercakap-cakap denganku itu jatuh. dan buah
mangga, tak ada yang jatuh. tak ada yang memasrah.
“selamat tinggal!” kataku sambil melambai. tiba-tiba
tubuhnya bergetar. dan tubuhnya mengeluarkan
nanah. “siapa yang akan menungguku? buah ini akan
tersiakan dan membusuk. aku hidup dan berbuah
hanya bagimu, bukan bagi suamiku atau keluargaku.
jangan lupakan aku.” dan aku terdiam. sediam batu.

2008

Analisis Puisi:

Puisi "Pohon Mangga" karya Agit Yogi Subandi adalah sebuah karya yang memadukan elemen-elemen alam, ingatan, dan emosi manusia.

Simbolisme Pohon Mangga: Pohon mangga adalah simbol utama dalam puisi ini. Pohon mangga mewakili berbagai hal, termasuk tempat menyimpan kenangan, hubungan, dan pengalaman pribadi. Pohon mangga ini mampu menyimpan "ribuan kepingan ingatan" di dalamnya. Ia menjadi tempat untuk merenungkan masa lalu dan ucapan terakhir.

Makna Buah Mangga: Buah mangga adalah bagian penting dalam puisi ini. Buah ini mewakili rasa, cita rasa, atau pengalaman yang tak terlupakan. Penggambaran buah mangga yang asam dan "membuat ngilu" menggambarkan pengalaman yang tidak selalu manis dan indah, tetapi juga pahit dan penuh tantangan.

Konflik Pribadi: Puisi ini juga mencerminkan konflik pribadi dan perasaan terabaikan. Penyair merasa bahwa buah mangga yang tumbuh di pohon itu tidak pernah jatuh atau dihargai. Ada perasaan bahwa upaya dan pengorbanan yang diberikan tak selalu dihargai oleh yang lain.

Rasa Sakit dan Kepahitan: Puisi ini menciptakan gambaran emosional yang kuat tentang rasa sakit dan keputusasaan. Perasaan ini tercermin dalam kata-kata "membuat ngilu di geraham dan perutku." Pohon mangga, yang semula adalah tempat kenangan, berubah menjadi sumber rasa sakit dan keputusasaan.

Kehadiran Alam: Puisi ini menggambarkan hubungan yang dekat antara manusia dan alam. Pohon mangga, daun-daunnya, rantingnya, dan buahnya semuanya menjadi bagian dari perenungan penyair. Alam menjadi latar belakang yang kuat bagi konflik emosional dalam puisi.

Nada Penutup: Puisi ini berakhir dengan nada yang mendalam dan reflektif. Penyair berbicara tentang pohon mangga dan mengekspresikan rasa tidak ingin ditinggalkan atau terlupakan. Penutup puisi ini mengekspresikan perasaan sepi dan harapan untuk diingat.

Secara keseluruhan, puisi "Pohon Mangga" adalah karya yang menggambarkan perasaan, kenangan, dan konflik emosional seseorang dalam hubungannya dengan alam dan pengalaman pribadi. Ia menciptakan gambaran yang kuat tentang rasa sakit, keputusasaan, dan harapan dalam hidup.

Puisi
Puisi: Pohon Mangga
Karya: Agit Yogi Subandi
© Sepenuhnya. All rights reserved.