Puisi: Pelukan Singkat dan Sebuah Dongeng (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Pelukan Singkat dan Sebuah Dongeng" menggambarkan dinamika hubungan cinta yang penuh dengan perasaan kehampaan, keinginan, dan ...
Pelukan Singkat dan Sebuah Dongeng

Sang, dalam pelukan singkat itu ingin kukaramkan seluruh nelangsa. Bertahun-tahun kubujuk cinta agar tak menginginkan apa-apa. Menyembunyikan hasrat dalam debar jantung, sajak, juga doa. Tapi malam itu aku sudah amat terlunta. Menanggung bisa dari seluruh pesonamu, aku tak kuasa. Jika kau tak berkenan menyembuhkanku kau harus menghabisiku agar tumpah darahku menjadi anggur bagi para pecinta.

Kau rengkuh juga dada lelaki yang canggung dan gemetar itu. Kau biarkan ia merasakan hangat nafasmu dan di keningmu yang jernih rindu pun pupus seperti cahaya lampus. Suka cita tanpa kata-kata. Lalu kitapun jadi tahu bahwa kita tak memiliki apa-apa selain sepasang tangan yang dingin dan gemetar, saling menggenggam seperti hendak mengukuhkan apa yang tak terjelaskan dalam kalimat yang terbatas atau yang tak pernah lengkap diucap.

Kita tak pernah tuntas habis dalam cinta. Kita selalu bersisa dan karena itu pula terluka.

Sang, barangkali esok kita harus memulai lagi, membujuk cinta agar tak meminta apa-apa menjadi fakir belaka.

Aku sering membayangkan cinta kita serupa bocah yang lunak jika dirayu, diam di pangkuan, membiarkan nalar menakuti atau mendongengkan hutan larangan yang penuh marabahaya. Tapi setelah sang nalar lelah, bocah itu akan berontak dan berlari memburu kekasih. Karena ia memang tak pernah letih.

Tidak sang, ia bukan seorang bocah, ia seekor rajawali. Guru dari semua penjelajah. Menghadapi badai ia tak lari, ia malah membuka dada dan merentangkan sayapnya. Dalam hening membumbung tinggi setia pada cakrawala, Sang Kekasih.

Sang, di keluasan yang tak ternamai itu rajawali tak mungkin tanpa langit biru dan langit biru memerlukan sukma sang burung penjelajah, agar ia tak menjelma jadi semesta hampa.


Bandar Lampung, 11-12 September 2009

Analisis Puisi:
Puisi "Pelukan Singkat dan Sebuah Dongeng" karya Iswadi Pratama menggambarkan dinamika hubungan cinta yang penuh dengan perasaan kehampaan, keinginan, dan kekosongan yang tak terucapkan dengan jelas.

Dinamika Pelukan Singkat: Penyair menggambarkan pelukan yang singkat, tetapi penuh dengan makna yang dalam. Pelukan tersebut menjadi simbol penyelesaian atau pemenuhan suatu kekosongan dalam diri yang telah lama terpendam. Meskipun singkat, pelukan tersebut tampaknya mampu membawa ketenangan dan kesempurnaan sesaat.

Konflik Diri dan Keinginan: Puisi ini mencerminkan konflik batin di antara keinginan seseorang, yang telah berusaha lama untuk menekan hasrat atau keinginan tertentu. Ada perjuangan internal untuk menutupi atau menahan perasaan, namun pada akhirnya, kehampaan dan kekosongan itu tetap terasa.

Ketidaktahuan dalam Hubungan: Penyair mengekspresikan ketidakjelasan dalam hubungan, di mana meskipun terdapat pelukan dan keintiman fisik, namun kejelasan dalam hubungan tersebut tampaknya tidak pernah tercapai. Ada kesan bahwa hubungan ini tidak pernah berjalan dengan mulus atau terpenuhi sepenuhnya.

Metafora Bocah dan Rajawali: Dalam puisi ini, terdapat dua metafora yang digunakan untuk menggambarkan karakter dalam hubungan: "bocah" yang melambangkan kelembutan, dan "rajawali" yang melambangkan kekuatan dan keteguhan. Metafora ini menyiratkan perubahan dari sikap yang lembut menjadi kuat dan tegas dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hubungan.

Puisi "Pelukan Singkat dan Sebuah Dongeng" menghadirkan gambaran hubungan yang penuh dengan ketidakjelasan, kekosongan, dan perubahan karakter. Iswadi Pratama dengan indahnya menyajikan metafora yang mewakili dinamika hubungan yang kompleks, dari kelembutan hingga kekuatan, tetapi tetap tidak pernah sepenuhnya terpenuhi dan berujung pada kekosongan yang menyelimuti. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kehampaan dan ketidakpastian dalam hubungan antara dua individu.

Iswadi Pratama
Puisi: Pelukan Singkat dan Sebuah Dongeng
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.