Puisi: Panmunjeom (Karya Maman S. Mahayana)

Puisi "Panmunjeom" karya Maman S. Mahayana membawa pembaca ke dalam suasana konflik dan pembelahan antara dua Korea di daerah perbatasan yang ....
Panmunjeom

Di sini awalnya, di sebuah desa di Panmunjeom
perdu-perdu dan medan kosong
ilalang liar, tanah lapang dan hamparan rumput gajah
pembatas wilayah zona demarkasi

Tahun lima puluh
setelah tentara Cina menyerbu
lalu pulang tanpa senjata
Amerika datang
seolah-olah meleraikan
dan pergi menyisakan gereja-gereja
tiba-tiba: kesepakatan itu pecah sepihak
seketika: Seoul penuh asap dan mayat-mayat
menjadi kota mati dalam sekejap
Kim, Park, Ahn, Yang, Roh, terbelah-terpecah
sengketa dengan teriakan senjata
darah dan kepedihan
hanya si bongkok dan anjing kurusnya
lalu datang perempuan Ahyandong dengan wangi mawar
dan tanpa cinta, persetubuhan bersemi di rumah tak berpenghuni
di kamar dengan tungku penghangat
ranjang yang berantakan
makanan penuh di lemari

Si Bongkok dan perempuan Ahyandong
kembali ke Panmunjeom
barak-barak tentara
sebagian Amerika
sebagian lagi wajib militer anak-anak muda
dua tahun lamanya
lewat museum perundingan dua Korea
di depan gedung utara yang penuh senjata
dua wisatawan melambaikan tangan
selebihnya tegang dan mengancam

Kami berdiri di selatan
memandang dendam masa silam
mengakar di kepala prajurit-prajurit dua negara
di Panmunjeom
yang membelah dua Korea
yang menyimpan panas magma perang.

Panmunjeom, 11 November 2011

Sumber: Jejak Seoul (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Panmunjeom" karya Maman S. Mahayana membawa pembaca ke dalam suasana konflik dan pembelahan antara dua Korea di daerah perbatasan yang dinamakan Panmunjeom. Dalam puisi ini, penulis menggambarkan sejarah dan konsekuensi dari konflik berkepanjangan di wilayah tersebut, serta dampaknya terhadap manusia dan tempat yang terlibat dalam pertentangan tersebut.

Setting dan Latar Tempat: Puisi ini berlatar di Panmunjeom, sebuah daerah perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang terkenal sebagai tempat perundingan dan pertemuan diplomatik antara kedua negara. Deskripsi awal puisi menciptakan gambaran tentang desa Panmunjeom dengan "perdu-perdu dan medan kosong" serta "hamparan rumput gajah," yang mencerminkan situasi fisik dan geografis wilayah tersebut.

Sejarah dan Konflik: Puisi ini merujuk pada sejarah konflik dan intervensi militer yang terjadi di Panmunjeom. Tahun 1950-an disebutkan sebagai periode di mana tentara Cina dan Amerika terlibat dalam konflik di kawasan ini, yang berujung pada pembelahan wilayah tersebut. Deskripsi "Amerika datang / seolah-olah meleraikan / dan pergi" mencerminkan campur tangan Amerika dalam konflik tersebut.

Pembelahan dan Perpecahan: Puisi ini mencerminkan pembelahan politik dan ideologis antara dua Korea. Penyebutan nama-nama tokoh seperti Kim, Park, Ahn, Yang, dan Roh merepresentasikan beragam pemimpin politik yang terlibat dalam pembelahan tersebut. Deskripsi "sengketa dengan teriakan senjata / darah dan kepedihan" menggambarkan perjuangan dan pertumpahan darah yang terjadi.

Cerita Cinta dan Ironi: Puisi ini menghadirkan elemen ironi dengan memasukkan kisah cinta di tengah konflik yang keras. Perempuan bernama Ahyandong muncul sebagai tokoh yang menciptakan momen romantis di tengah situasi sulit. Namun, hubungan mereka seakan tidak memiliki dasar cinta yang tulus, melainkan sebagai pelarian dari realitas yang keras.

Tegangan dan Ancaman: Puisi ini menciptakan atmosfer tegang dan ancaman di Panmunjeom melalui deskripsi "dua wisatawan melambaikan tangan / selebihnya tegang dan mengancam." Ini menggambarkan perasaan ketidakpastian dan ketegangan yang mengiringi tempat yang penuh dengan sejarah konflik.

Dampak Perang: Puisi ini menyoroti dampak perang dan konflik yang melanda wilayah Panmunjeom. Penekanan pada "magma perang" dan "membelah dua Korea" menggambarkan bagaimana perang telah merusak dan membentuk narasi politik dan sosial di wilayah tersebut.

Puisi "Panmunjeom" oleh Maman S. Mahayana adalah penggambaran kuat tentang pembelahan, konflik, dan dampak perang di wilayah perbatasan antara dua Korea. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang sejarah, kepedihan, dan kompleksitas hubungan di daerah tersebut, serta mempertanyakan dampak konflik terhadap manusia dan tempat yang terlibat di dalamnya.

Maman S. Mahayana
Puisi: Panmunjeom
Karya: Maman S. Mahayana

Biodata Maman S. Mahayana:
  • Maman S. Mahayana lahir pada tanggal 18 Agustus 1957 di Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Dongeng Mudik (1)Jika kata-kata ini dibolehkan mudikKe mana kiranya mereka bakal mudik?Kukira mereka akan kembaliKe mula bahasa, ke pangkal bunyiPulang ke desa Sumber Sunyi, menemu…
  • Jepun BaliSepulang nanti ke kotamuKe rumah asalmu, bersamaIstri dan anak-anak tersayangJanganlah terlalu lekasMelupakan saya begitu sajaIngatlah malam-malam putihYang kita seberang…
  • Anak MalamKami tinggal di jazirahYang kausebut kelamKami minum dari tetesEmbun fajar dan dinihariMenyusu pada sari bebintangDari galaksi yang lama hilangItu sebabnya kami jauhDari …
  • Kadang-Kadang MalamKadang-kadang malamTerbikin dari gerimisDari hujan yang melukisBumi dengan genanganDan dalam setiap genanganSeperti ada kesedihanSeperti ada yang melambaiMungkin…
  • Simpang WaktuKadang terjadi yang seperti ini:Sebuah sajak macet ketika dituliskanKata-kata terhenti di persimpangan sepiYang tanpa rambu apa pun jugaTak ada petugas tergopoh datang…
  • Sajak Kecil buat Mas BowoMenjadi presiden, tak pernahLintas dalam lamunanJauh lebih bahagiaMenjadi diri sendiriMenulis sajak-sajakMenghias musim dan cuacaDengan kata-kataTurunan su…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.