Puisi: Ode bagi Sebuah Gaun (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Ode bagi Sebuah Gaun" menggabungkan unsur-unsur puitis dengan naratif yang kuat, menciptakan suasana yang indah dan mendalam. Dengan ....
Ode bagi Sebuah Gaun

Kau bisa mengatakan hal ini; “aku telah kembali padamu”
dan aku bisa menulis untukmu; “kau telah pulang padaku”

Lalu kita rekatkan lagi semua yang telah lepas dan mengelupas
Kulit pada daging, daging pada belulang; belulang pada kerangka
Sehingga tegak lagi tubuh cinta kita, tubuh yang kini kita kenakan
Dan kita akan membersihkannya, sayangku

Membersihkannya dari duka cita kisah-kisah yang lalu
Kisah-kisah yang mengingatkanku pada dingin pisau
Pisau yang kita sembunyikan di balik punggung
Punggung yang lelah oleh prasangka

Kita akan segera melangkah dengan tubuh ini, sayangku
Ke arah kebun-kebun anggur, ke teduh lanskap itu
Aku pun telah mengenakan lagi gaun kesukaanmu
Warna cerah dengan renda dan bunga-bunga,
Harum parvum dan syal coklat muda,
Hatiku yang riang, dan semua yang patut kau terima

Aku tak memerlukan lagi kuda penjelajah
Juga kepak bebas seekor rajawali
Bersamamu, akan kusemai benih di tanah ini
Tanah yang pernah kita tinggalkan sebab berduri

Di sini, dekat kebun anggur dan lanskap teduh ini
Akan kau dengar juga sungai yang menabuh ketenangan
Ketenangan yang akan menjagamu tetap di sisiku

Lihatlah, bukankah kita akan menjauh
Dari pengemas luka itu, pengembara kesepian itu?
Ia tak akan menemukan kita,
Sebab setiap kegembiraan dalam cinta
Akan menjadi kabut belaka di matanya

Tapi bila dengan kefasihannya Ia mampu menghadang,
Telah kuasah pula pedang, sejak kukenakan tubuh cintaku ini
Dan bila itu benar terjadi, kuharap kaulah si pengemas luka itu.


Bandar Lampung, 10 Februari 2014

Analisis Puisi:
Puisi "Ode bagi Sebuah Gaun" karya Iswadi Pratama menghadirkan citra visual dan simbolisme yang kaya, membawa pembaca ke dalam perjalanan emosional dan spiritual yang dipenuhi dengan gambaran kehidupan dan cinta.

Judul "Ode bagi Sebuah Gaun": Pilihan judul "Ode bagi Sebuah Gaun" mengisyaratkan bahwa puisi ini adalah bentuk pujian atau puji-pujian terhadap objek yang melambangkan kesatuan, kebahagiaan, dan pemulihan.

Rekonsiliasi dan Penyatuan: Puisi dimulai dengan ungkapan "aku telah kembali padamu" dan "kau telah pulang padaku," menggambarkan sebuah rekonsiliasi dan penyatuan. Bahasa yang digunakan menunjukkan keinginan untuk melepaskan masa lalu dan membangun kembali hubungan yang terputus.

Metafora Tubuh Cinta: Metafora tentang "kulit pada daging, daging pada belulang" menciptakan citra mengenakan tubuh cinta seperti sebuah gaun. Hal ini menyiratkan kerapuhan hubungan dan upaya untuk membangun kembali fondasi yang kuat.

Pembersihan Duka Cita: Puisi menyiratkan pemulihan dan pembersihan dari "duka cita kisah-kisah yang lalu." Proses membersihkan tubuh cinta dari beban masa lalu menandakan niat untuk memulai yang baru, dengan hati yang lebih ringan.

Imaji Kebun Anggur dan Lanskap Teduh: Kebun anggur dan lanskap teduh menjadi imaji-imaji kebahagiaan dan ketenangan. Mereka mewakili tempat baru yang indah dan harmonis untuk memulai kembali hidup bersama-sama.

Penggunaan Gaun sebagai Metafora Kecantikan: Gaun dengan warna cerah, renda, dan bunga-bunga dijadikan simbol kecantikan dan kegembiraan. Puisi ini menggambarkan betapa cinta dapat memberikan warna dan keindahan pada kehidupan.

Penolakan Terhadap Kehidupan yang Penuh Duri: Pengenaan kembali gaun kesukaan dan pernyataan "tanah yang pernah kita tinggalkan sebab berduri" mengekspresikan keinginan untuk meninggalkan kehidupan yang penuh penderitaan dan kesulitan.

Keharmonisan dan Perlindungan dalam Cinta: Ketenangan yang disebutkan di sepanjang puisi menciptakan citra perlindungan dan keharmonisan dalam cinta. Cinta dianggap sebagai kekuatan yang mampu melindungi dan memberikan ketenangan di tengah kehidupan yang bergejolak.

Simbolisme Pedang dan Pengemas Luka: Penggunaan pedang sebagai simbol kekuatan dan perlindungan menciptakan ketegangan yang menarik. "Pengemas luka" dianggap sebagai potensi ancaman terakhir, menyoroti bahwa bahkan dalam cinta, tantangan dan risiko masih ada.

Puisi "Ode bagi Sebuah Gaun" menggabungkan unsur-unsur puitis dengan naratif yang kuat, menciptakan suasana yang indah dan mendalam. Dengan memanfaatkan metafora dan imaji-ima ji yang kaya, Iswadi Pratama berhasil menyampaikan pesan tentang kekuatan cinta, perjuangan, dan harapan akan pemulihan hubungan.

Iswadi Pratama
Puisi: Ode bagi Sebuah Gaun
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.