Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nyala (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Nyala" karya Abdul Wachid B. S. bercerita tentang perjalanan batin seorang individu yang berusaha mengatasi badai ketakutan dan kesakitan ...
Nyala

Berterimakasih aku kepada
jiwa yang
memberikan ketenangan
tatkala badai ketakutan hidup silih berganti

tetapi tubuhku masih di bawah perintah
jiwaku yang berjaga
sampai apapun kesakitan
berakhir kepada senja

aku akan terus berjalan
menujumu
tersebab tujuan hidupku
hanyalah engkau

aku bakar berkali-kali kerak jiwaku yang
hangus sekalipun tahu
dari waktu ke waktu membatu
tetapi tamparan panas lapar abadi

demi kekasihku
menjadikan jiwa yang
rewel dan manja sekaligus tak tahu diri
ini bangkit dari kantuk yang panjang
 
sekalipun mengerti
tambah hari di mana tempat dan jabat tangan
aku hanya berjalan pada jalan yang
sama dan duduk di kursi yang

sama seperti pengulangan
demi pengulangan pagi
dan sore hari aku akan menepi di pojok taman
di bawah pohon jambu air kesejukan

berterimakasihlah aku kepada
nyala jiwaku yang
tidak tunduk kepada keinginan gelap tubuhku
sampai sudah harap

setiap kesakitan
terasa sebagai percintaan yang
sensasinya begitu
mengasyikkan.

Yogyakarta, 24 September 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Nyala" karya Abdul Wachid B. S. menyajikan sebuah perjalanan batin yang penuh dengan pengorbanan, ketekunan, dan penghargaan terhadap kekuatan jiwa yang tak tergoyahkan. Dalam puisi ini, penyair menyoroti perjuangan seseorang dalam menghadapi badai kehidupan, serta penghormatan terhadap jiwa yang terus berjaga dan memberikan ketenangan meski dalam keadaan yang paling sulit. Puisi ini tidak hanya bercerita tentang perjuangan melawan rasa sakit dan ketakutan, tetapi juga tentang pengorbanan yang dilakukan demi sebuah tujuan yang lebih tinggi.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah perjuangan spiritual dan pengorbanan jiwa. Puisi ini menggambarkan perjalanan seorang individu yang berusaha mengatasi badai ketakutan hidup dengan kekuatan jiwa yang teguh. Penyair menonjolkan tema ketekunan dalam menghadapi rasa sakit dan penderitaan, serta perjalanan menuju tujuan yang lebih tinggi, yang dalam hal ini adalah cinta dan kedamaian spiritual. Penyair juga menggambarkan penaklukan diri yang terus dilakukan, meskipun harus melalui rasa sakit dan penderitaan yang tak terhindarkan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang individu yang berusaha mengatasi badai ketakutan dan kesakitan hidup. Penyair menyampaikan bahwa meskipun tubuhnya terikat oleh keterbatasan dan kesakitan, jiwanya terus berjaga dan memberikan ketenangan. Dalam hal ini, jiwa menjadi kekuatan utama yang membimbing individu tersebut untuk terus berjalan menuju tujuan yang lebih tinggi, yaitu cinta dan kedamaian. Bait-bait seperti:
  • "tetapi tubuhku masih di bawah perintah jiwaku yang berjaga" menunjukkan bagaimana jiwa yang kuat mengendalikan tubuh yang lemah dan penuh kesakitan.
  • "aku akan terus berjalan menuju mu, tersebab tujuan hidupku hanyalah engkau" menggambarkan tujuan hidup yang penuh dengan pengorbanan demi seseorang atau sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
  • "demi kekasihku menjadikan jiwa yang rewel dan manja sekaligus tak tahu diri ini bangkit dari kantuk yang panjang" menggambarkan keteguhan hati dalam menghadapi segala kesulitan demi mencapai tujuan hidup.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang keberanian untuk terus melangkah meskipun harus menghadapi penderitaan, dan penghargaan terhadap kekuatan jiwa yang mampu mengatasi segala rintangan. Penyair menyampaikan pesan bahwa dalam hidup, ada saat-saat sulit yang penuh dengan kesakitan, namun kekuatan jiwa yang teguh bisa membawa seseorang melewati badai tersebut. Meskipun tubuh mungkin lemah dan rentan terhadap penderitaan, jiwa memiliki kekuatan untuk membimbing dan memberikan ketenangan dalam menghadapi segala cobaan.

Puisi ini juga menyiratkan bahwa cinta dan pengorbanan menjadi tujuan yang lebih tinggi, yang memotivasi individu untuk terus maju dan berjuang. Dalam hal ini, cinta menjadi kekuatan yang mampu membangkitkan semangat dan memberikan arti dalam setiap perjalanan hidup, bahkan dalam keadaan yang penuh kesakitan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini cenderung tenang namun penuh dengan perasaan batin yang mendalam. Meskipun ada penggambaran tentang kesakitan dan penderitaan, suasana yang tercipta adalah sebuah kedamaian jiwa yang tetap kokoh meski tubuh mengalami kesulitan. Penyair menggambarkan keadaan jiwa yang tetap berjaga dan memberikan ketenangan, meskipun dalam badai ketakutan hidup yang silih berganti. Suasana ini diperkuat dengan gambaran tentang "nyala jiwaku yang tidak tunduk kepada keinginan gelap tubuhku," yang menciptakan kesan bahwa meskipun tubuh penuh dengan godaan dan keterbatasan, jiwa tetap bersinar dan teguh.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengandung pesan tentang pentingnya keteguhan hati dan kekuatan jiwa dalam menghadapi cobaan hidup. Penyair mengajak pembaca untuk menghargai kekuatan jiwa yang mampu memberikan ketenangan dalam situasi yang penuh ketakutan dan kesakitan. Pesan lain yang bisa diambil adalah bahwa dalam kehidupan ini, pengorbanan dan perjuangan demi tujuan yang lebih tinggi, seperti cinta dan kedamaian, merupakan hal yang penting untuk diteruskan meskipun harus melewati penderitaan dan pengorbanan yang besar.

Imaji

Puisi ini memanfaatkan beberapa imaji yang menggambarkan perjalanan batin yang penuh dengan pengorbanan dan ketekunan. Beberapa imaji yang muncul adalah:
  • "tetapi tubuhku masih di bawah perintah jiwaku yang berjaga" – menggambarkan jiwa yang kuat mengendalikan tubuh yang lemah, menciptakan gambaran tentang keteguhan hati.
  • "aku bakar berkali-kali kerak jiwaku yang hangus sekalipun tahu dari waktu ke waktu membatu" – imaji ini memperlihatkan bagaimana jiwa yang terluka terus berjuang meskipun ada rasa sakit yang mendalam.
  • "sekalipun mengerti tambah hari di mana tempat dan jabat tangan aku hanya berjalan pada jalan yang sama" – memberikan gambaran tentang kesabaran dan ketekunan dalam perjalanan hidup yang penuh dengan rutinitas dan pengulangan.

Majas

Puisi ini mengandung beberapa majas yang memperkaya makna dan memperkuat suasana puisi:
  • Metafora: "aku bakar berkali-kali kerak jiwaku yang hangus" – menggambarkan bagaimana jiwa yang terluka dan penuh dengan pengorbanan terus diuji dan dibentuk.
  • Personifikasi: "nyala jiwaku yang tidak tunduk kepada keinginan gelap tubuhku" – memberikan kehidupan pada jiwa yang seolah memiliki kekuatan dan kehendak untuk mengatasi godaan tubuh.
  • Simbolisme: "senja," "nyala jiwa," dan "pohon jambu air kesejukan" semuanya berfungsi sebagai simbol-simbol yang menggambarkan ketenangan, harapan, dan kedamaian yang dicapai setelah perjuangan panjang.
Puisi "Nyala" karya Abdul Wachid B. S. adalah sebuah karya yang menggugah tentang perjuangan batin, ketekunan, dan pengorbanan jiwa dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan kesakitan dan ketakutan. Melalui gambaran yang kuat tentang perjalanan spiritual, puisi ini menyampaikan pesan bahwa meskipun tubuh mungkin terikat pada penderitaan, jiwa memiliki kekuatan untuk tetap berdiri teguh dan memberi ketenangan. Puisi ini juga mengingatkan kita untuk menghargai cinta dan tujuan yang lebih tinggi dalam hidup, yang mampu memberikan makna dalam setiap pengorbanan yang kita lakukan.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Nyala
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.