Puisi: Masjid Jami’ Bluluk (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi: Masjid Jami’ Bluluk Karya: Abdul Wachid B. S.
Masjid Jami’ Bluluk


kau  selalu ingat sebuah masjid di masa kecil yang
setiap azan memanggil dari puncaknya
terbuat dari genuk, tiada orang mengangguk
orang-orang bersitahan di ladang, di hutan, di punuk

sapi-sapi, terus memamahbiak, tanpa koma
tukang ojek ngakak di prapatan, suaranya menggema
ke balik hutan, kau berlari menuju satunya masjid itu
seorang pria tua dengan wajah wudu, telah menunggu

seorang bapak yang
mengazankan hayya ‘alash sholāh…..
kepada setiap telinga hati
seorang simbah yang
menyerukan hayya ‘alal falāh…..
kepada segenap hati, lisan, perbuatan

bila ada satu dua pria lain
hadir untuk berjamaah
itu pun keduanya orang yang telah tua
tersebab, berangkat ke masjid

hanyalah bagi orang-orang yang
telah tua, sudah dekat dengan keranda
begitulah seloroh orang yang
bertahan di pasar: kau  masih ingat

sebuah masjid di masa kecil yang
setiap azan memanggil dari puncaknya
terbuat dari genuk, tiada orang mengangguk
orang-orang bersitahan di silang jalan, entah ....

sampai kapan, kau kembali menuju masjid itu
seorang pria tua dengan wajah wudu, menunggu rindu
di saf terdepan, kau berusaha selalu menuju
ke saf itu, sembari melewati empat tiang yang

terbuat dari kayu jati, menghayati
sejati hidup dalam cinta yang sederhana, sedari
azan, salawatan, iqamat, hingga salatnya
meluas sapa  kepada setiap tetangga
 
dalam kasihsayang, setiap orang yang
lalulalang, di sebuah desa
yang bluluknya tidak sempat menjelma
menjadi kelapa

Yogyakarta, 21 Agustus 2017


Puisi: Masjid Jami’ Bluluk
Puisi: Masjid Jami’ Bluluk
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.