Puisi: Malam Lebaran di Jalur Gaza (Karya Maman S. Mahayana)

Puisi "Malam Lebaran di Jalur Gaza" karya Maman S. Mahayana adalah karya sastra yang menyentuh isu konflik dan penderitaan di Jalur Gaza, khususnya ..
Malam Lebaran di Jalur Gaza

Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
Desing takbir bergema bergelombang
Hingar-bingar ledakan petasan
Kembang api menciptakan suar cahaya
Kerumun orang-orang di pojok kota
Meneriakkan yel-yel kemenangan
 
Sorak-sorai bocah-bocah Palestina
Tepuk tangan kaum perempuan di tengah keluarga
Dan para pemuda melepaskan senjata
Bercanda, bergembira
 
Tapi, kapan?
 
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
Gema takbir menjelma teriakan minta tolong
Petasan meledak jadi rudal
Suar kembang api membakar rumah-rumah
Dan kerumun orang pecah dihantam meriam
 
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
Tak kudengar sorak sorai dan tepuk tangan
Cuma isak rintih berkepanjangan
Di antara reruntuhan gedung dan bangunan
Melengking jerit tangis bocah-bocah
Lolong perempuan memanggil tuhan
Dan para pemuda memendam dendam
Meneriakkan kemarahan
Tak ada waktu bercanda
Gembira adalah barang mewah
Semua sibuk membawa para syuhada
 
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
Tak ada apa pun
Kecuali:
Gedung-gedung ambruk menyisakan ceceran darah
Rumah-rumah punah menumpahkan air mata
Sekolah mengajari nestapa
Pasar menawarkan kehancuran
Rumah sakit menyimpan khawatir
Selebihnya lagi: gelimang mayat-mayat tak berdosa
 
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
Memandangi tentara Israel
Menembaki siapa saja
Mencabuti roh para bocah, wanita, dan lansia
 
Di tengah nyawa-nyawa melayang
Aku melihat: sorak-sorai dan tepuk tangan
Gelak tawa mempermainkan ajal
Siapakah mereka
Yang menanggalkan hati
Dan menggantikannya dengan karat besi!
 
Aku terbang ke Gaza pada malam lebaran
Melihat para dajal bersimaharajalela.

Bojonggede, 28 Juli 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Lebaran di Jalur Gaza" karya Maman S. Mahayana adalah karya sastra yang menyentuh isu konflik dan penderitaan di Jalur Gaza, khususnya dalam konteks perayaan Lebaran. Puisi ini menggambarkan suasana yang kontras antara kegembiraan dan penderitaan, serta menggugah empati dan refleksi tentang dampak tragedi kemanusiaan.

Dualitas Kontras: Puisi ini menciptakan kontras tajam antara dua gambaran malam Lebaran di Jalur Gaza. Pada awalnya, suasana penuh haru biru dan kegembiraan dirayakan, dengan takbir, petasan, kembang api, dan sorak-sorai masyarakat. Namun, kontras tersebut bergeser drastis ketika puisi beralih menggambarkan suasana penuh kehancuran, kekerasan, dan penderitaan.

Konflik dan Kehancuran: Penyair menggambarkan pemandangan tragis yang terjadi di Jalur Gaza pada malam Lebaran. Ledakan petasan berubah menjadi ledakan rudal dan meriam, yang menghancurkan rumah-rumah dan menyebabkan kerumunan orang menjadi korban. Gambaran ini mengingatkan pembaca pada konflik yang melumpuhkan daerah tersebut dan dampak mengerikan yang dihasilkan dari tindakan kekerasan.

Penderitaan dan Keputusasaan: Dalam bagian kedua puisi, penyair menggambarkan penderitaan yang mengerikan di tengah reruntuhan dan bangunan yang hancur. Tangisan bocah-bocah, jeritan perempuan, dan kemarahan para pemuda menciptakan gambaran tentang keputusasaan dan trauma yang melanda masyarakat Jalur Gaza.

Pembalasan dan Kemurkaan: Penyair merujuk pada penghadiran tentara Israel dan aksi brutal mereka terhadap warga sipil Palestina. Kata-kata seperti "menembaki siapa saja" dan "mencabuti roh para bocah, wanita, dan lansia" menggambarkan tindakan kekerasan yang tak berperikemanusiaan. Puisi ini mengecam kejahatan perang dan mempertanyakan moralitas tindakan tersebut.

Pertanyaan dan Pemahaman: Puisi ini mengandung pertanyaan yang mengajak pembaca untuk merenung. Pertanyaan retoris seperti "Siapakah mereka yang menanggalkan hati dan menggantikannya dengan karat besi?" menggugah rasa empati dan juga menyiratkan kritik terhadap tindakan kekerasan yang membawa penderitaan pada manusia.

Pesan Kemanusiaan: Puisi ini memiliki pesan kemanusiaan yang kuat. Penyair ingin mengingatkan pembaca tentang penderitaan yang dialami oleh masyarakat Jalur Gaza, serta merangsang refleksi tentang urgensi perdamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Puisi "Malam Lebaran di Jalur Gaza" oleh Maman S. Mahayana adalah karya sastra yang kuat dan menggugah, menghadirkan gambaran kontras tentang perayaan Lebaran yang dihiasi kegembiraan dan penderitaan yang tragis dalam konteks konflik. Puisi ini mendorong pembaca untuk mempertimbangkan implikasi kemanusiaan dari konflik bersenjata dan mengambil tindakan untuk mendukung perdamaian dan keadilan.

Maman S. Mahayana
Puisi: Malam Lebaran di Jalur Gaza
Karya: Maman S. Mahayana

Biodata Maman S. Mahayana:
  • Maman S. Mahayana lahir pada tanggal 18 Agustus 1957 di Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.