Analisis Puisi:
Puisi "Malam Jatuh di Pantai Kendari" karya Gunoto Saparie adalah sebuah puisi yang indah dan puitis, menggambarkan keindahan malam yang jatuh di pantai Kendari, sebuah tempat di Indonesia. Puisi ini menciptakan suasana romantis dan sepi dengan gambaran bulan, lautan, dan angin malam, serta mengandung nuansa keingintahuan dan pertanyaan tentang apa yang terjadi di pantai tersebut.
Deskripsi Alam yang Indah: Puisi ini menggambarkan pantai Kendari pada malam hari dengan bahasa yang indah dan imajinatif. Penggambaran sepotong bulan bergetar di atas lautan kelam dan sepi memberikan nuansa romantis yang tenang. Angin musim yang dingin mendesir menambahkan kesan sepi dan misterius di malam pantai tersebut.
Pertanyaan dan Keingintahuan: Penyair menyajikan pertanyaan retoris tentang apa yang dicari oleh seseorang di pantai Kendari. Suara percakapan samar dan bisikan puisi yang tersirat dari selat sunyi mengundang pembaca untuk merenungkan apa yang sedang terjadi di pantai tersebut. Pertanyaan ini meningkatkan nuansa misterius dan menarik pembaca untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kisah yang mungkin terjadi di pantai Kendari.
Nuansa Romantis dan Keinginan untuk Mencari Hati: Puisi ini menyampaikan nuansa romantis dengan menyebutkan aroma ikan bakar yang mencium dan keinginan penyair untuk mencari hati. Langit yang bersih dan kehadiran camar menambahkan gambaran romantis di malam pantai.
Pesan Kehidupan: Puisi ini juga dapat diartikan sebagai perenungan tentang kehidupan dan pencarian makna di malam kegelapan. Pertanyaan tentang apa yang dicari dan jejak puisi di pasir dapat diartikan sebagai simbol pencarian identitas dan tujuan hidup.
Puisi "Malam Jatuh di Pantai Kendari" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang indah dan puitis. Dengan bahasa yang kaya akan imaji, puisi ini menggambarkan keindahan malam di pantai Kendari dan menimbulkan nuansa romantis dan misterius. Pertanyaan retoris yang disajikan oleh penyair mengundang pembaca untuk merenungkan pesan yang tersembunyi di balik puisi ini. Secara keseluruhan, puisi ini adalah gambaran indah tentang malam yang jatuh di pantai Kendari dan refleksi tentang kehidupan dan pencarian makna di dalamnya.
Karya: Gunoto Saparie
Gunoto Saparie. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), dan Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018).
Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).
Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).
Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), dan Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah.