Puisi: Laut Pagi (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Laut Pagi" karya Iswadi Pratama mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas kehidupan dan keindahan alam yang mengelilingi kita.
Laut Pagi
(: sebuah variasi Neruda untuk AJ. Erwin)

Siapakah yang akan mendengarkan gemuruh laut sepagi ini? 
Ketika setiap orang seperti sungai yang ingin menghanyutkan dirinya sendiri
Dalam tangisan yang samar atau suka cita tak terperi

Sungai coklat pekat mengendap
hampir tanpa suara,
hantu di tengah kota
nyaris lumpur semata. 

Tapi Ia penampung yang budiman.
Pembersih kotoran.
Paling dekat dengan lautan
Si Bijak yang mengelak dari setiap kata
 
Misteri padam bila disentuh cahaya.   

Laut congkak memamerkan gemilang ombak
Biru seperti rasa haru,
Hamparan buih putih,
Layar-layar perak tak henti mendendangkan kebebasan.

Aku bahkan tak memiliki sepotong cawan pun untuk semua ini,
terkecuali puisi
terlalu sabar menanti
iktibar sepi.

Maka setiap kali aku mencarimu,
di benua manapun kau berada,
semua yang ingin kukatakan
tiba-tiba hanya menjadi gema
membuatmu ingin segera menutup telinga.
Dan aku akan meninggalkanmu (juga mereka)
tanpa berkata apa-apa

Bandar Lampung, April 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Laut Pagi" karya Iswadi Pratama adalah refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, khususnya laut, serta tentang kesendirian dan keheningan dalam kehidupan manusia.

Perbandingan antara Sungai dan Laut: Penyair menggunakan perumpamaan antara sungai dan laut untuk menggambarkan keadaan manusia. Sungai diibaratkan sebagai aliran kehidupan yang penuh dengan kesedihan dan kegembiraan, sementara laut digambarkan sebagai simbol kebesaran, kebebasan, dan keindahan. Perbandingan ini menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia dan kontrasnya dengan kedamaian dan keindahan alam.

Kedalaman dan Kekuatan Laut: Puisi ini mencerminkan kekaguman terhadap kebesaran dan kekuatan laut. Laut digambarkan dengan ombak yang gemilang, biru yang mendalam, dan hamparan buih putih yang melambangkan keindahan dan kemurnian alam. Penyair menunjukkan rasa hormatnya terhadap laut sebagai penampung yang budiman dan pembersih kotoran, serta sebagai simbol kebijaksanaan yang mengelak dari setiap kata.

Kesendirian dan Keheningan: Puisi ini juga mengeksplorasi tema kesendirian dan keheningan dalam kehidupan manusia. Penyair merenungkan tentang keadaan kesendiriannya yang terus-menerus mencari makna dan iktibar dalam keheningan, dan hanya menemukan pengertian dan hikmah dalam puisi. Hal ini mencerminkan perjuangan manusia untuk menemukan kedamaian dan makna dalam kehidupan yang penuh dengan kebisingan dan kegelisahan.

Kompleksitas Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menggambarkan kompleksitas hubungan manusia dengan alam, di mana manusia sering kali merasa terpisah atau tidak mampu memahami kedalaman dan keindahan alam. Meskipun demikian, puisi ini juga menunjukkan kekaguman dan rasa hormat terhadap alam sebagai sumber kebijaksanaan dan keindahan yang tak terbatas.

Puisi "Laut Pagi" karya Iswadi Pratama adalah refleksi yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, kesendirian, dan keheningan dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan gambaran alam yang kuat dan bahasa yang mendalam, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas kehidupan dan keindahan alam yang mengelilingi kita.

Iswadi Pratama
Puisi: Laut Pagi
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.