Analisis Puisi:
Puisi "Kunang-Kunang" karya Gunoto Saparie adalah karya sastra yang memadukan unsur alam, kegelapan, dan ketuhanan untuk menggambarkan keindahan dan penuh makna dari alam semesta. Melalui penggambaran kunang-kunang dan alam malam, penyair mengajak pembaca merenung tentang keberadaan, arti kehidupan, dan pencarian cahaya dalam ketidakpastian.
Penggambaran Alam Malam: Puisi ini dimulai dengan penggambaran alam malam yang penuh dengan kegelapan, ribuan kunang-kunang yang berpendar di tengah kegelapan, serta suara serangga malam yang bersahutan. Deskripsi ini menciptakan atmosfer malam pedesaan yang misterius dan penuh dengan kehidupan, menangkap esensi alam yang tenang namun penuh dengan aktivitas.
Simbolisme Kunang-Kunang: Kunang-kunang dalam puisi ini dapat diartikan sebagai simbol harapan, cahaya, atau keindahan dalam kegelapan. Meskipun malam gelap, keberadaan kunang-kunang memberikan cahaya dan keindahan, mengingatkan kita bahwa dalam setiap keadaan sulit, masih ada kilau harapan yang dapat dijangkau.
Kontras Cahaya dan Kegelapan: Penyair menciptakan kontras antara cahaya kunang-kunang yang berpendar dengan kegelapan malam. Kontras ini menggambarkan dualitas hidup dan menciptakan perbandingan antara keindahan dan kesulitan, harapan dan ketidakpastian, serta cahaya dan kegelapan dalam perjalanan hidup.
Pencarian Makna dan Keberadaan Tuhan: Dalam penggalan terakhir, penyair menyatakan keinginannya untuk mencari terang Tuhan di tengah kegelapan malam. Hal ini mencerminkan pencarian makna hidup, ketuhanan, dan pencerahan dalam ketidakpastian dan kerumitan dunia.
Keberadaan Alam dan Kecantikannya: Puisi ini menyoroti keindahan alam dan betapa alam tersebut mengandung pesan-pesan spiritual dan refleksi yang mendalam. Alam malam dengan kunang-kunang yang berpendar dan bintang-bintang di langit menciptakan rasa keterhubungan dengan alam semesta dan mengajak kita untuk merenungkan makna keberadaan.
Puisi "Kunang-Kunang" karya Gunoto Saparie menggambarkan keindahan alam malam, harapan dalam kegelapan, dan pencarian makna dalam ketidakpastian. Melalui penggambaran kunang-kunang sebagai simbol harapan dan cahaya dalam kegelapan, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam, pencarian spiritual, dan keberadaan Tuhan dalam perjalanan hidup. Puisi ini mengajak kita untuk melihat keindahan di sekitar kita dan mencari makna yang lebih dalam dalam kehidupan yang kadang-kadang penuh dengan ketidakpastian.
Karya: Gunoto Saparie
Gunoto Saparie. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), dan Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018).
Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).
Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).
Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), dan Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta. Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah.