Jalan Malam
aku ingin jalan lagi menyusuri malam sendirian
sambil menelponmu, ibu
aku ingin mendengar rasa sakitmu di paru-paru
sesak nafas mengeras seperti
suara kereta api yang melintas
di belakang rumah masa kecilku
aku mau menjagamu sepanjang waktu
sambil mengipasi rasa gerahmu, ibu
aku mau membaca 10 surah wasiatmu di sampingmu
laju darah yang tersedot dari paru-paru
menyalip tetes infus sebagai
satunya nutrisi yang masuk ke tubuh
aku ingin tidak pergi-pergi lagi
agar setiap adzan terdengar aku bisa
mengenakan mukena untukmu, ibu
padahal ibu dalam koma
padahal dalam pejam mata
kepadaku ibu sering bertanya
"panjenengan siapa
apakah ini masih di bumi?"
tetapi setiap adzan terdengar
ibu mendadak tersadar
membuat gerakan tayamum
menegakkan shalat begitu khusuk
begitu usai salam
kembali ibu dalam koma
aku tidak ingin pulang ke jogja
aku mau menggendongmu ke kamar mandi
ibu tidak mau pipis di tempat tidur
ibu malu kepadaku kuceboki, tapi?
ibu, ini waik kecilmu yang
ketika balita sepanjang malam diare
bapak sedang kirim tembakau ke kota
dan dokter tidak ada
ini putramu yang paling menyusahkan hatimu
ini anak lanang yang tidak pulang-pulang
aku tidak ingin pulang ke jogja karena
aku tidak akan pergi-pergi lagi
aku mau menjagamu sepanjang waktu
aku ingin mendengar rasa sakitmu di paru-paru
sesak nafas mengeras seperti
suara kereta api yang melintas
di belakang rumah masa kecilku
tetapi stasiun kereta api itu telah tak ada
suara sesak nafasmu juga telah tak ada
di jogja, aku pergi ataukah pulang darimu?
aku ingin jalan lagi menyusuri malam sendirian
sambil menelponmu, ibu
aku sangat rindu kepadamu.
Yogyakarta, 19 Maret 2016
Karya: Abdul Wachid B. S.