Puisi: Ibu yang Berjanji (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Ibu yang Berjanji" karya Iswadi Pratama menggambarkan sebuah momen yang menyentuh di tengah kesibukan dan kehidupan sehari-hari yang sibuk.
Ibu yang Berjanji
(- Sumarni)

Di toserba yang terang dan meriah
perempuan bunting tertangkap mencuri
wajahnya pasi merunduk dilecut takut
sebelah lengan gemetar layu menjinjing 1 blek susu
seorang balita bergayut di tepi baju lusuhnya
perempuan kecil yang tak mengerti mengapa ibu tiba-tiba dimaki
rambutnya direnggut, kepala dipopor sikut
tubuh yang sama keropos dengan sandal jepit di kaki
didorong ke muka orang ramai, wajah memar ditubi gampar
ujung bibir sobek ketika tinju merengsek
perempuan kecil ikut terhuyung hingga ke ujung
tapi ia tak menangis, memandang ke lain arah;
ke wajah-wajah cerah
orang-orang yang sejenak terpana lalu kembali belanja
ibunya digelandang ke sektor polisi
di luar pintu toserba ia menanti; tak ada yang menghampiri
kuberikan padanya 1 kaleng susu
dan ia berkata "terimakasih, om. Saya tak minta, ibu yang janji."
aku tak ingin pergi, tapi harus pergi
aku ingin mendekap dan membawanya serta
tapi hari demi hari hanya haru lalu lupa
dan toserba itu kini semakin megah.

Analisis Puisi:

Puisi "Ibu yang Berjanji" karya Iswadi Pratama menggambarkan sebuah momen yang menyentuh di tengah kesibukan dan kehidupan sehari-hari yang sibuk. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, puisi ini menyampaikan pesan tentang kepedulian, empati, dan kehilangan di tengah masyarakat yang terkadang acuh tak acuh.

Gambaran Kehidupan Sehari-hari

Puisi ini membuka dengan gambaran kehidupan sehari-hari di sebuah toserba yang terang dan meriah. Namun, kesibukan dan kemeriahan tersebut tiba-tiba terganggu oleh kejadian yang mengharukan, di mana seorang perempuan hamil tertangkap mencuri susu untuk anaknya.

Kehilangan dan Kekerasan

Melalui deskripsi perempuan hamil yang tertangkap, puisi ini menggambarkan kehilangan, ketakutan, dan kekerasan yang dialaminya. Perempuan tersebut dipukul, direnggut rambutnya, dan diporak-porandakan di hadapan orang banyak tanpa belas kasihan, sementara anak kecilnya hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa.

Reaksi Orang-orang di sekitar

Puisi ini juga menyoroti reaksi orang-orang di sekitar, yang sejenak terpana melihat kejadian tersebut, namun kemudian kembali ke kehidupan mereka seperti biasa. Hal ini mencerminkan keacuhan dan kurangnya empati dalam masyarakat terhadap sesama yang membutuhkan bantuan.

Kepedulian dan Empati

Saat penulis memberikan kaleng susu pada anak kecil tersebut, terlihat bahwa kepedulian dan empati masih ada di tengah-tengah kesibukan dan kehidupan yang sibuk. Namun, kesedihan dan kehilangan tersebut cepat terlupakan seiring berjalannya waktu, sementara toserba tersebut terus berkembang dan menjadi semakin megah.

Puisi "Ibu yang Berjanji" merupakan sebuah karya yang menggambarkan momen yang menyentuh di tengah kesibukan dan kehidupan sehari-hari yang sibuk. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna, puisi ini menyoroti kehilangan, kekerasan, kepedulian, dan empati di dalam masyarakat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya peduli dan empati terhadap sesama, serta tidak melupakan orang-orang yang membutuhkan bantuan di tengah kesibukan dan kemegahan kehidupan modern.

Iswadi Pratama
Puisi: Ibu yang Berjanji
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.