Analisis Puisi:
Puisi "Di Singapura" karya Abdul Wachid B. S. menggambarkan pengalaman pribadi penyair ketika berada di Singapura, sebuah negara yang sering dikaitkan dengan modernitas, teknologi, dan ketegasan dalam aturan.
Rasa Sepi dan Kekakuan Emosi
Penyair menggambarkan perasaan sepi dan kekakuan emosi yang ia rasakan setelah tiba di Singapura. Meskipun berada di tengah-tengah keramaian bandara Changi yang megah, penyair merasa hampa dan sepi karena kehilangan sosok yang dicintainya.
Pengawasan dan Keterbatasan Kebebasan
Penyair merasa terkekang oleh pengawasan yang ketat di Singapura, terutama melalui penggunaan CCTV yang tersebar di mana-mana. Hal ini membuatnya merasa semakin sempit ruang bercinta dan terjepit oleh aturan dan waktu yang membatasi kebebasannya.
Kehilangan Keaslian dan Solidaritas
Penyair menyampaikan rasa kehilangan atas keaslian dan solidaritas di tengah kesibukan dan modernitas Singapura. Ia merindukan senyuman dan kehangatan yang kini mulai hilang, digantikan oleh kekakuan dan kesejukan dalam interaksi sosial.
Perlawanan Terhadap Kebotakan Emosi
Meskipun merasa terkekang dan kehilangan, penyair masih menunjukkan perlawanan terhadap kebotakan emosi dengan mencari keindahan dan kehangatan dalam hal-hal sederhana seperti senyuman dan kebaikan alami.
Refleksi atas Modernitas dan Materialisme
Puisi ini juga menyiratkan refleksi atas modernitas dan materialisme yang dominan di Singapura. Penyair merasa bahwa meskipun segala sesuatu terlihat megah dan mewah, namun hal-hal tersebut tidak mampu menyentuh hati dan memberikan kepuasan yang mendalam.
Puisi "Di Singapura" karya Abdul Wachid B. S. adalah sebuah pengamatan kritis terhadap pengalaman individu dalam sebuah lingkungan yang terkenal dengan modernitas dan ketegasan aturan. Melalui bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, penyair berhasil menyampaikan perasaan kekosongan, keterbatasan kebebasan, dan kerinduan akan keaslian dan solidaritas di tengah kesibukan dan materialisme yang dominan.
Karya: Abdul Wachid B. S.