Puisi: Dari Gang yang Masih Becek Itu (Karya Agit Yogi Subandi)

Puisi: Dari Gang yang Masih Becek Itu Karya: Agit Yogi Subandi
Dari Gang yang Masih Becek Itu


Dugaan apa lagi yang hendak kita sebarkan?
Di remang gang yang berangin dan becek
Ranting dan daun tangkil sedang melanjutkan
Percakapan yang abadi. Seekor kutilang
Mengundang laras senapan angin di tubuhnya,
Ingin disimpannya proyektil senapan itu
Di dalam jantungnya. Menghapus prasangka
Yang terus menjalar di relung otaknya:
”Usia tua yang menakutkan!” ujarnya,
Sambil mengibaskan bulunya yang ditetesi
Sisa hujan yang tergelincir dari daun-daun
Tangkil itu. Wajahnya yang lebam, bulu-bulunya
Yang basah meruncing ke arah matahari, terus
Tenggelam dan menyisakan hari ini di matanya.
Malam akan mengembalikan geliat cinta
Yang tanpa tujuan. Isyarat yang ambigu
Serta kecemasan yang seperti angin, menggapai
Sayapnya yang terlambat mengejar pagi,
Hingga matahari pagi yang basah itu mulai
Mengiris matanya melalui titik-titik air,
Menggelinding ke lubang-lubang cacing.
Seekor burung baru belajar terbang, memukul
Suara yang mulai pikun tentang jalan pulang
Dari gang yang dipenuhi daun-daun yang mulai
Keriput ini. Tuhan, dugaan apa lagi yang hendak
Kami sebarkan? Malam membeku di sudut gang.


2018

Puisi: Dari Gang yang Masih Becek Itu
Puisi: Dari Gang yang Masih Becek Itu
Karya: Agit Yogi Subandi

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Catatan Burung-Burung 1. Catatan Pagi tentang Burung seekor burung yang disenangi akan selalu menerima siul tiap pagi lalu burung itu akan berkicau dengan nyanyian…
  • KeadaanSurya yang purba jugaKetika aku membuka jendelaKemarau bangkit diusik angin pagiAku terperanjat tiba-tiba sudah di siniDimanakah agenda yang kemarin kutinggalkan?Dimanakah u…
  • Angin Musim Angin musim yang kering Meranting dalam rinduku Pada kejauhan desau yang memilu. Ada kunang-kunang bersilang di atas payau risau Kucari kekasih dalam igauku Mas…
  • Bumiayu (1)JamilahBumiayu betapa indahbumimu terbentang hijau mudaselalu merangsang hidup bercintabangun subuh temerang timurharapan tumbuh sawah suburmata terpenuhi padi bunting p…
  • Permainanmalam itu, sepimusepiku jadiapimalam ini, apikuapimu jadibayi(potret di rak bukumengutuk kau aku)1973Sumber: Horison (Februari, 1975)Puisi: PermainanKarya: Soeko…
  • MenaraBila bulan tanduk kerbau mengintai di balik pintu surauBergegaslah nenek menyandang telekung suaranya parauHari-hari diburu kerja, ke sawah dan ke ladang Dalam dera kena…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.