Dari Gang yang Masih Becek Itu
Dugaan apa lagi yang hendak kita sebarkan?
Di remang gang yang berangin dan becek
Ranting dan daun tangkil sedang melanjutkan
Percakapan yang abadi. Seekor kutilang
Mengundang laras senapan angin di tubuhnya,
Ingin disimpannya proyektil senapan itu
Di dalam jantungnya. Menghapus prasangka
Yang terus menjalar di relung otaknya:
”Usia tua yang menakutkan!” ujarnya,
Sambil mengibaskan bulunya yang ditetesi
Sisa hujan yang tergelincir dari daun-daun
Tangkil itu. Wajahnya yang lebam, bulu-bulunya
Yang basah meruncing ke arah matahari, terus
Tenggelam dan menyisakan hari ini di matanya.
Malam akan mengembalikan geliat cinta
Yang tanpa tujuan. Isyarat yang ambigu
Serta kecemasan yang seperti angin, menggapai
Sayapnya yang terlambat mengejar pagi,
Hingga matahari pagi yang basah itu mulai
Mengiris matanya melalui titik-titik air,
Menggelinding ke lubang-lubang cacing.
Seekor burung baru belajar terbang, memukul
Suara yang mulai pikun tentang jalan pulang
Dari gang yang dipenuhi daun-daun yang mulai
Keriput ini. Tuhan, dugaan apa lagi yang hendak
Kami sebarkan? Malam membeku di sudut gang.
2018
Puisi: Dari Gang yang Masih Becek Itu
Karya: Agit Yogi Subandi