Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Badut-Badut (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Badut-Badut" karya Abdul Wachid B. S. mengajak pembaca untuk merenungkan realitas sosial dan politik serta mengevaluasi kembali apa yang ...
Badut-Badut (1)

di lingkar meja
bapak ubah-ubah

peta dunia

badut-badut
politik bang-bang-tut
ditembak

presiden tua
sang badut gantikan
presiden …

Badut-Badut (2)

kuasa pengetahuan
bisa saja menyulap
segalanya menjadi lenyap

atau?

semuanya menjadi
panorama yang
kalian syahwatkan

Badut-Badut (3)

lobang-lobang
melahirkan
kucing dan tikus

siap-siap saling
membesarkan lobang
melahap

kau-aku
lahap-lahap

Badut-Badut (4)

cinta bukanlah kata-kata
bunga tidaklah plastik

rumah bukanlah marah
ramah tidaklah lipstik

perempuan laki-laki bukanlah
sekadar seru!

Badut-Badut (5)

bapak kuasa
mengatur dunia

betina tumbuhkan cinta
bunga plastik

bapak kamu
memasukkan lelaki

ke mulut meriam!

Yogyakarta, 13 Oktober 2017

Catatan:
Terinspirasi film “Now You Tell One” yang ditulis oleh Snow Leopard, sutradara Charles R. Bowers, Harold L. Muller, rilis 27-12-1926 di United States of America.

Analisis Puisi:

Puisi "Badut-Badut" karya Abdul Wachid B. S. adalah sebuah karya yang mencerminkan kritik tajam terhadap berbagai aspek sosial, politik, dan budaya melalui simbolisme dan metafora yang kuat. Dengan gaya yang lugas dan sederhana, puisi ini mengungkapkan pandangan kritis penulis terhadap kekuasaan, pengetahuan, dan hubungan manusia.

Badut-Badut Politik

Pada bagian pertama puisi, penulis memperkenalkan konsep "badut-badut politik" yang menggambarkan tokoh-tokoh politik sebagai badut dalam sebuah sirkus. Metafora ini menggambarkan bagaimana politik sering kali dipenuhi dengan pertunjukan yang dangkal dan manipulatif. Frasa “bapak ubah-ubah peta dunia” menunjukkan bagaimana kekuasaan politik dapat mengubah keadaan dunia sesuai dengan kepentingan mereka. Kalimat "presiden tua sang badut gantikan presiden ..." mencerminkan siklus pergantian kekuasaan yang sering kali tidak membawa perubahan substantif, melainkan hanya pergantian "badut" yang berbeda dalam panggung yang sama.

Kuasa Pengetahuan dan Panorama Syahwat

Bagian kedua mengangkat tema kuasa pengetahuan dan bagaimana pengetahuan bisa digunakan untuk mengubah realitas. Penulis mengajukan pertanyaan retoris, “kuasa pengetahuan bisa saja menyulap segalanya menjadi lenyap atau?” yang menunjukkan bahwa pengetahuan bisa menciptakan atau menghancurkan sesuatu sesuai dengan keinginan. "Panorama yang kalian syahwatkan" mengacu pada bagaimana pengetahuan atau informasi sering kali digunakan untuk memanipulasi pandangan publik, menciptakan gambaran ideal atau fantasi yang diinginkan oleh orang-orang yang berkuasa.

Lobang-Lobang dan Perputaran Kekuatan

Pada bagian ketiga, penulis menggunakan metafora lobang-lobang yang melahirkan kucing dan tikus untuk menggambarkan pertempuran kekuasaan dan konflik. “Lobang-lobang melahirkan kucing dan tikus” melambangkan sistem yang menghasilkan kekacauan dan konflik terus-menerus. Kucing dan tikus mewakili pihak-pihak yang saling mengancam dan mengejar satu sama lain, menciptakan siklus yang tiada akhir. Frasa “kau-aku / lahap-lahap” menunjukkan bagaimana individu atau kelompok saling menelan dan dihancurkan dalam konflik ini.

Cinta dan Kehidupan Sejati

Bagian keempat menyajikan sebuah pernyataan tentang arti sebenarnya dari cinta, bunga, rumah, dan hubungan. Penulis menekankan bahwa cinta bukan hanya kata-kata atau bunga plastik, dan bahwa rumah bukan hanya tempat marah atau ramah hanya pada permukaan. “Perempuan laki-laki bukanlah sekadar seru!” menggambarkan bahwa hubungan manusia dan cinta seharusnya lebih dari sekadar penampilan luar atau simbol-simbol yang dangkal.

Kritik Terhadap Kekuasaan dan Manipulasi

Bagian terakhir puisi mengkritik bagaimana kekuasaan dan manipulasi dijalankan. "Bapak kuasa mengatur dunia" mengacu pada bagaimana kekuasaan sering kali menggunakan kontrol dan manipulasi untuk mencapai tujuan mereka. Frasa “betina tumbuhkan cinta bunga plastik” mencerminkan betapa cinta dan emosi bisa dimanipulasi dan dipalsukan, sedangkan “bapak kamu memasukkan lelaki ke mulut meriam” menunjukkan bahwa individu sering kali dijadikan korban atau alat dalam agenda kekuasaan.

Puisi "Badut-Badut" karya Abdul Wachid B. S. adalah karya yang kaya dengan simbolisme dan kritik sosial. Melalui metafora yang kuat dan gaya bahasa yang lugas, penulis menyampaikan pesan tentang kekuasaan, pengetahuan, dan hubungan manusia yang sering kali dipenuhi kepalsuan dan manipulasi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan realitas sosial dan politik serta mengevaluasi kembali apa yang dianggap sebagai kebenaran dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Abdul Wachid B. S.
Puisi: Badut-Badut
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.