Aku Airmata
melalui telpon aku mengenal kebaikanmu
setidaknya kebaikan suaramu
tanpa cinta jarak purwokerto yogyakarta
sejauh jakarta papua
lobang-lobang jalan raya masih pada tempat yang sama
tambah hari tambah pula jumlahnya
seorang laki-laki digelombangkan oleh lobang-lobang jalanan
seorang pejantan melipat rasa sakit ke dalam saku celananya
tetapi suaramu mengenalkan kepada kebaikan
tetapi kebaikanmu mengingatkan aku kepada ibu
kebaikanmu perwujudan dari rasa cinta
kebaikan ibu sabda dari kasih-sayang tanpa jeda lobang-lobang
lantas aku menangis
begitu mengingat ibu
aku menjadi manusia tanpa tulang
tetapi aku dikuatkan oleh airmata
setidaknya airmata inilah yang
masih menjadi tanda
bahwa aku selalu ingin menjadi manusia baik
seperti doa-doa ibu yang
di masa kanak sebagai penutup dongeng
“merasa menjadi rapuh
justru awal menjelma tangguh
dan airmata membuat jiwa kita mandi
dan segar kembali”
begitulah katamu yang
melupakan aku kepada lobang-lobang jalan raya
melenakan aku kepada memikirkan indonesia
toh aku hanyalah penyair cinta
dan urusan mendengarkan suaramu
adalah kewajibanku atas cinta
aku akan selalu memasukkan suaramu
ke dalam telinga hatiku
tidak akan kucatat lagi lobang-lobang jalan raya
tidak akan kulupakan lagi suara-suaramu yang
mampu menjadikan aku airmata
menutupi lobang-lobang jalan raya indonesia.
Yogyakarta 1 Juni 2016
Karya: Abdul Wachid B. S.