Parang yang Karat
(- tragedi Mathori A. Elwa)
Parang yang karat itu menyeringai
Dari arah daerah kegelapan kota
Trotoar telah membesarkannya
Dari rumahnya yang tidak rumah
Diasapi dupa kemlaratan
Dalam tabung waktu yang beku
Tetapi
Dalam genggaman tangan laknat itu
Sebelum dilesatkan
Ia masih sempat ingat dan bertanya
"Apa dosa saya, tuan!"
Di langit Sapen angin lewat melihat
Malam menggigil senyap
Pada puncak dzikir pohonan yang pucat
Parang yang karat itu pun menjerit
Tak tersadarkan bersujud dalam lambung
Tak terasakan menguras dosa-dosamu
Sampai tersadar segarnya makna
Mawar
Detik-detik setelah lewat
Angin pun kembali lewat sambil berbisik
"Elwa, jangan terima sujud sakitnya
Sebagai ancaman dan dendam
Ia pun rindu cahaya pada kegelapannya
Sekarang di lambungmu, bacalah ia
Sebagai Yunus yang
Menanam sahadat dan shalawat
Sehingga pohon dan buah fajar
Memanjati langit
Kebenaran Kalam
Sampai Matahari Abadi."
1993
Karya: Abdul Wachid B. S.