Puisi: Mencari Malam Seribu Bulan (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Mencari Malam Seribu Bulan" karya Abdul Wachid B. S. menggambarkan pencarian makna dan kedamaian dalam keheningan malam.
Mencari Malam Seribu Bulan

berkatalah untuk bibirku yang mau pecah
di tengah malam ini
sebab kurekam perubahan
di sekitar seperti suara angin runtuh
dan aku menari dan bermimpi
dalam rumahmu, seperti
sebatang lilin mengekal lenggok sunyinya

berkali aku menyerumu di tengah badai
melanda kota hingga ujung malam
berkatalah untuk bibirku yang
kegilaan memekikkan nama-namamu
setelah lari dari hidup siang yang mengeras
kembali berteman bulan serta bintang-bintang
dan aku menari dan bermimpi
hari-hari hanyalah ulangan cerita yang cemas
bintang-bintang luruh sebagai kapas
berpendar, lalu lepas
sedang tubuhku semakin demam

berkatalah untuk bibirku yang pecah ini
dan kembali kurusak susunan malam
dan kembali kususun manusiaku
sebagai bulan yang cahaya
dipijarkan matahari
berkatalah lewat luruhan bintang seperti
erangan kecil di ranjang malam
di situ aku terus menari sunyi
dengan tubuh sebagai lilin
membakar diri pelan-pelan

melelehkan derita serta airmata
sebelum habis
dan malam.

1990

Analisis Puisi:

Puisi "Mencari Malam Seribu Bulan" karya Abdul Wachid B. S. merupakan karya yang kaya dengan simbolisme dan emosionalitas, menggambarkan pencarian makna dan kedamaian dalam keheningan malam. Melalui penggunaan bahasa yang puitis dan penuh metafora, penyair menyampaikan perasaan kegelisahan, pencarian, dan harapan yang mendalam.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah pencarian makna dalam keheningan malam, perjuangan melawan kegelisahan, dan transformasi diri. Penyair menggambarkan malam sebagai waktu yang penuh dengan kontemplasi dan introspeksi, di mana ia mencari kedamaian dan makna di tengah kegelisahan yang dirasakan.

Gaya Bahasa

  • Metafora: Penggunaan metafora sangat dominan dalam puisi ini. "Bibirku yang mau pecah" menggambarkan kegelisahan dan penderitaan yang dirasakan penyair. "Seperti sebatang lilin mengekal lenggok sunyinya" menggambarkan keheningan malam dan kesendirian yang mendalam.
  • Personifikasi: Penyair memberikan sifat manusia pada benda mati seperti "suara angin runtuh" dan "bintang-bintang luruh sebagai kapas". Ini menciptakan suasana yang hidup dan penuh dengan emosi.
  • Repetisi: Pengulangan frasa "berkatalah untuk bibirku" menekankan permohonan penyair untuk mendapatkan jawaban atau penghiburan di tengah kegelisahan yang dialaminya.
  • Imaji: Penggunaan gambaran visual dan auditori yang kuat, seperti "bintang-bintang luruh sebagai kapas" dan "erangan kecil di ranjang malam", menciptakan suasana yang mendalam dan memikat, membantu pembaca merasakan kegelisahan dan pencarian yang dialami penyair.

Makna

Puisi ini menggambarkan perjuangan batin penyair dalam mencari makna dan kedamaian di tengah malam yang penuh kegelisahan. Bibir yang pecah menggambarkan penderitaan fisik dan emosional yang dirasakan, sementara malam yang dipecah-pecah dan disusun kembali menggambarkan upaya penyair untuk menemukan kembali dirinya di tengah kekacauan.

Lilin yang membakar diri perlahan-lahan menggambarkan proses introspeksi dan pengorbanan diri yang dilakukan penyair dalam pencarian makna. "Melelehkan derita serta airmata" menunjukkan proses penyembuhan dan transformasi yang dialami penyair. Malam yang tenang namun penuh dengan bintang yang berpendar menggambarkan harapan dan kedamaian yang akhirnya ditemukan di tengah kegelisahan.

Puisi "Mencari Malam Seribu Bulan" karya Abdul Wachid B. S. adalah karya yang mendalam dan penuh emosi, menggambarkan pencarian makna dan kedamaian dalam keheningan malam. Melalui penggunaan bahasa yang puitis dan penuh metafora, penyair berhasil menyampaikan perasaan kegelisahan dan harapan yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjuangan batin dalam mencari makna hidup dan kedamaian di tengah kekacauan dan penderitaan yang dialami.

Puisi
Puisi: Mencari Malam Seribu Bulan
Karya: Abdul Wachid B. S.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.