Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Siapa-Siapa" karya Syarifuddin Aliza merupakan potret kritis terhadap realitas sosial dan politik, yang penuh hiruk-pikuk, kekerasan, dan kepura-puraan. Penyair menyoroti bagaimana manusia terjebak dalam lingkaran pertarungan kepentingan, perebutan kekuasaan, dan permainan simbol yang sering kali kehilangan makna sejatinya.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kekacauan sosial dan absurditas perilaku manusia dalam relasi kuasa. Penyair menampilkan dunia yang penuh konflik, saling tuding, saling menjatuhkan, hingga mengaburkan identitas siapa yang benar, siapa yang salah.
Puisi ini bercerita tentang fenomena manusia yang sibuk bertikai, mengejar kepentingan, dan mempermainkan simbol-simbol kekuasaan. Mereka saling berebut posisi, saling menyikut, bahkan saling memuja hanya demi kepentingan sesaat. Pada akhirnya, muncul pertanyaan: siapa yang sebenarnya memegang kendali? Apakah benar manusia yang berpikir, atau hanya sekadar “kucing belang”, “kambing hitam”, atau “orang-orangan” belaka?
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa manusia sering kali kehilangan jati dirinya karena larut dalam permainan sosial yang semu. Mereka bertikai, menuding, dan menyembah tanpa arah yang jelas. Pada akhirnya, identitas “siapa” itu hilang, menyisakan absurditas yang justru memperlihatkan kelemahan dan kepalsuan manusia.
Suasana dalam puisi
Suasana yang ditangkap dari puisi ini adalah chaos, penuh keramaian, dan bernuansa satir. Kata-kata berulang seperti “orang-orang pukul memukul”, “orang-orang tuding menuding”, “orang-orang puji memuji” menghadirkan gambaran kerumunan yang hiruk-pikuk, bising, bahkan melelahkan.
Amanat / pesan yang disampaikan
Pesan yang dapat dipetik dari puisi ini adalah bahwa manusia perlu berhenti terjebak dalam sikap saling menjatuhkan dan kepura-puraan. Identitas sejati hanya bisa ditemukan jika manusia tidak larut dalam permainan simbolik yang menyesatkan. Dengan kata lain, puisi ini mengingatkan pentingnya kesadaran diri, refleksi, dan kebijaksanaan di tengah kekacauan sosial.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat melalui repetisi kata-kata yang membangun gambaran kerumunan:
- “orang-orang kejar mengejar” menghadirkan imaji gerak penuh kegaduhan.
- “orang-orang pukul memukul” menciptakan imaji kekerasan fisik.
- “orang-orang tuding menuding” menghadirkan imaji visual konflik sosial.
- “orang-orang puji memuji” memberi imaji tentang kepalsuan dan penjilatan dalam relasi kuasa.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Repetisi: pengulangan frasa “orang-orang” yang memberi efek ritmis sekaligus menekankan kekacauan massal.
- Metafora: istilah “kucing belang”, “kambing hitam”, dan “orang-orangan” sebagai simbol kepalsuan, kambing persembahan, atau boneka tanpa kendali.
- Satire: seluruh puisi sarat dengan sindiran tajam terhadap perilaku sosial-politik yang absurd.
- Pertanyaan retoris: “Siapa teriak siapa / siapa makan siapa / siapa sembah siapa” yang tidak meminta jawaban, melainkan menggiring pembaca pada refleksi kritis.
Puisi "Bukan Siapa-Siapa" karya Syarifuddin Aliza adalah cermin kritik sosial yang penuh satire. Dengan repetisi, metafora, dan pertanyaan retoris, penyair menggambarkan kerumunan manusia yang kehilangan arah, larut dalam perebutan kepentingan, hingga menjadi sosok yang “bukan siapa-siapa”. Puisi ini mengajak pembaca merenung: dalam hiruk-pikuk dunia yang penuh persaingan dan kepalsuan, masihkah manusia mampu mengenali jati dirinya yang sejati?
Karya: Syarifuddin Aliza
Biodata Penulis:
Syarifuddin Aliza lahir pada tanggal 23 Agustus 1967 di Cot Seumeureung, Aceh Barat.