Puisi: Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh" karya Abdul Hadi WM menghadirkan gambaran yang kompleks tentang sebuah kota yang dipenuhi dengan ...
Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh

AKU ingin mengunjungi sebuah negeri tanpa mesjid dan rumah sakit, tanpa kedai minum, lewat peperangan yang tak selesai di sana, menyebrangi sungai-sungai dan jembatan-jembatan, melupakan pengemis-pengemis yang merintih.

ADA kota yang tak pernah teduh, katamu setelah meneguk kopi susu yang kental, bukan Paris bukan Roma bukan Jakarta dan orang-orang telah diungsikan perlahan-lahan sebelum subuh, mereka beriringan diam-diam melewati lembah yang gelap dan tak tahu.

TERBACA pada koran sore yang bertumpuk di meja, berita-berita pemboman di Vietnam Utara dan lapangan-lapangan terbang di Tel Aviv dan Karachi. Kita luka ketika anak-anak yang berpawai kemarin sore masih berkabung menyanyikan lagu perpisahan dan kenangan pada pahlawan yang pergi, seorang pemetik gitar dan penyanyi. Tapi kita selalu lupa bahwa orang-orang selalu punya kalimat percakapan setiap berjumpa: mau ke mana atau langit di kota itu selalu gelap dan setiap orang mengatakan demikian, mengangguk-anggukan kepalanya demikian dan menyanyikannya demikian.

SUARA-suara mobil yang mondar-mandir dan orang-orang di pasar, kaupun berkata: “Lihatlah kamar orang asing di hotel itu, itulah yang selalu kita angankan, dengan blues yang selalu memberikan hiburan nikmat bagi setiap pelancong dan dari atas kamar bertingkat, pada kaca jendela yang kukuh bisa kaulihat orang-orang bergerak diam-diam setelah pembantaian selesai untuk sementara dan mereka itu selalu berkata: langit di atas kota selalu gelap dan yang lainnya selalu berusaha mengatakannya demikian”. kemudian kita dengar hujan dengan bunyi gamelan yang sayup, menyebut nama seorang raja yang lama dirindukan.

DARI rahim senyap orang-orang sekonyong-konyong berjejalan meneriakkan bahwa perang telah selesai, tanpa mengatakan bagaimana selesai, bagaimana bisa selesai, seperti perumpamaanmu tentang Perang Badar, Perang Kerbela, Perang Salib, Perang Bubat dan lain-lainnya dan lain-lainnya.

KAU menunjuk langit yang menampakkan bintang susu, seperti dilihat para pelaut, lalu ribuan bintang mengerumuni langit, lalu kautaruhkan bibirmu membelitkan paha dengan penuh perasaan dan mendoa agar bisa bermimpi dan bisa melupakan segala-galanya dan segala-galanya.

ADA sebuah kota, katamu setelah merebahkan tubuh yang penat, sebuah kota yang tak pernah teduh dan kita musti pergi biarpun belum selesai, bukan Paris bukan Roma bukan Jakarta, tapi di mana kita hanya mengerti dengan menyebutkan sebuah amsal yang tak jelas.

1972

Sumber: Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh" karya Abdul Hadi WM menghadirkan gambaran yang kompleks tentang sebuah kota yang dipenuhi dengan konflik, kegelapan, dan kegelisahan. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan imaji dan nuansa yang mendalam, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kondisi kota dan kehidupan di dalamnya.

Tema Utama

  • Kondisi Kota yang Tak Teduh: Puisi ini menggambarkan sebuah kota yang tidak pernah menawarkan kedamaian atau kepastian. Kontras dengan citra kota-kota besar seperti Paris, Roma, atau Jakarta yang sering kali diasosiasikan dengan keindahan atau keramahtamahan, kota dalam puisi ini justru digambarkan sebagai tempat yang gelap dan penuh dengan ketidakpastian.
  • Perang dan Kekerasan: Sentral dalam puisi ini adalah tema perang dan kekerasan. Penyair menyoroti perang-perang yang terjadi di berbagai belahan dunia (seperti Vietnam Utara, Tel Aviv, dan Karachi) dan bagaimana konflik tersebut meninggalkan bekas yang mendalam pada kota dan penduduknya.
  • Keinginan dan Ketidakpuasan: Ada tema yang kuat tentang keinginan dan ketidakpuasan terhadap keadaan yang ada. Penyair menciptakan citra orang-orang yang mencari hiburan dan pelarian dari kenyataan yang sulit, namun pada akhirnya harus kembali menghadapi realitas yang keras.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Imaji yang Kuat: Abdul Hadi WM menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan kondisi kota dan suasana hati penduduknya. Contohnya adalah gambaran langit yang gelap, bunyi hujan seperti gamelan, dan ribuan bintang yang mengelilingi langit.
  • Dialog dan Narasi: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda, termasuk dialog antara karakter-karakter yang tidak jelas identitasnya namun memberikan nuansa kehidupan sehari-hari dalam kota yang tidak pernah teduh.
  • Penggunaan Simbolisme: Simbolisme bintang susu yang mengerumuni langit dapat diartikan sebagai harapan atau aspirasi yang tetap ada meskipun dalam kondisi yang sulit dan gelap. Bibir yang membelitkan paha dengan penuh perasaan bisa menggambarkan keinginan untuk keintiman atau keinginan akan kesenangan sementara.

Interpretasi dan Makna

  • Refleksi tentang Kondisi Manusia: Puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang kondisi manusia di tengah-tengah konflik dan kegelapan. Meskipun mencoba untuk melupakan atau melarikan diri dari realitas yang sulit, manusia tetap dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan esensial tentang perang, kehidupan, dan keberadaan.
  • Pertanyaan Filosofis: Dengan menyebutkan perumpamaan-perumpamaan seperti Perang Badar, Perang Kerbela, dan Perang Salib, penyair mendorong pembaca untuk mempertanyakan arti dari semua konflik dan pertempuran yang terjadi dalam sejarah manusia.
  • Kritik Sosial: Puisi ini juga dapat dipahami sebagai kritik sosial terhadap kondisi kota modern yang sering kali penuh dengan kekerasan, ketidakpastian, dan ketidakpuasan. Penyair mengajak kita untuk melihat lebih dalam tentang realitas yang mungkin tersembunyi di balik glamor atau citra yang sering kali diperlihatkan oleh kota-kota besar.
Puisi "Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya sastra yang mengundang pembaca untuk merenung tentang kompleksitas kehidupan dalam kota modern yang keras dan tidak pernah menawarkan kesempurnaan atau kedamaian. Dengan penggunaan bahasa yang padu dan imaji yang kuat, penyair berhasil menghadirkan gambaran yang mendalam tentang kegelapan, perang, dan ketidakpastian dalam sebuah kota yang tidak pernah teduh.

Puisi: Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh
Puisi: Ada Sebuah Kota, Katamu, Tak Pernah Teduh
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.