Puisi: Surat untuk Di (Karya Rini Intama)

Puisi "Surat untuk Di" karya Rini Intama menggambarkan kehidupan manusia sebagai perjalanan yang penuh dengan refleksi, emosi, dan harapan.
Surat untuk Di

Dalam gerimis kita menghitung cermin sepanjang jalan
Ada perbincangan dalam ruang tak berbatas itu
tentang tanah ladang, angin, lautan
dan bumi yang tak pernah berhenti menangis

Gelombang pasang saat langit senja 
seperti tangisan suara cinta di sebuah kota tak berpeta
mengejar rasa takut yang berputar cepat
menerbangkan debu-debu di sepanjang trotoar

Semua kita tulis dalam bait-bait puisi
Di, bukankah hidup adalah harapan?

19 Desember 2011

Sumber: Sekuntum Jejak (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Surat untuk Di" karya Rini Intama adalah persembahan yang melibatkan refleksi tentang kehidupan, alam, dan perjalanan emosional.

Gambaran Alam: Penyair memulai puisi dengan gambaran tentang gerimis, menciptakan atmosfer yang tenang dan meditatif. Gerimis sering kali dikaitkan dengan refleksi dan introspeksi, yang sesuai dengan tema puisi ini.

Perbincangan dalam Ruang Tak Berbatas: Gambaran perbincangan tentang tanah, angin, lautan, dan bumi menyoroti kekayaan alam dan kehidupan di sekitar kita. Ruang tak berbatas bisa mencerminkan kedalaman dan luasnya topik-topik ini, serta kedalaman perbincangan yang mungkin terjadi dalam proses refleksi.

Tangisan Bumi: Penggambaran bumi yang tak pernah berhenti menangis memberikan dimensi emosional yang kuat. Ini bisa diinterpretasikan sebagai tangisan bumi atas penderitaan dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia, atau sebagai representasi dari kesedihan dan ketidakpastian dalam kehidupan.

Tangisan Suara Cinta: Penggunaan tangisan suara cinta di kota yang tak berpeta menciptakan gambaran tentang kesedihan dan kerinduan yang melingkupi hubungan manusia. Ini menyoroti kebingungan dan perjalanan emosional yang dialami dalam mencari cinta dan kebahagiaan di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan.

Mengarungi Perasaan: Penyair menggambarkan pengalaman manusia, yang terjebak dalam pusaran emosi dan ketidakpastian. Gelombang pasang senja dan debu-debu di trotoar menjadi gambaran tentang perjalanan emosional yang terus berputar, menciptakan nuansa perjalanan yang terus menerus.

Hidup adalah Harapan: Penutup puisi dengan pertanyaan retoris "Di, bukankah hidup adalah harapan?" mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan tujuan dari pengalaman hidup. Ini menyoroti tema harapan dan keyakinan dalam menghadapi tantangan dan ketidakpastian dalam kehidupan.

Puisi "Surat untuk Di" karya Rini Intama adalah persembahan yang memikat tentang perjalanan emosional dan spiritual manusia dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan gambaran-gambaran yang kuat, penyair berhasil menggambarkan kehidupan manusia sebagai perjalanan yang penuh dengan refleksi, emosi, dan harapan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang makna kehidupan dan pentingnya harapan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi.

Rini Intama
Puisi: Surat untuk Di
Karya: Rini Intama

Biodata Rini Intama:
    Rini Intama lahir pada tanggal 21 Februari di Garut, Jawa Barat. Namanya tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.