Puisi: Setelah Air Mata (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Setelah Air Mata" karya Mustafa Ismail menggambarkan perjalanan emosional seseorang setelah mengalami penderitaan dan kehilangan.
Setelah Air Mata

Kabar itu sudah kuduga: pantai telah
berpindah dan pohon sala di pasar
telah tumbang

Orang-orang mendaki bukit
memahat batu: hidup nyaris tinggal
sejengkal

Ada yang menangis sendirian
ada yang bersenandung sendirian
lagu-lagu kematian

Perjalanan ini masih jauh, saudaraku
buku-buku itu belum tuntas kita tulis
jangan bercinta dengan air mata

Angin masih berhembus
matahari masih terbit
di luar orang masih bercakap-cakap

Masih ada sajak-sajak yang lahir
masih ada potret kita di dinding
kita telan saja riak itu

Sudah kuduga kabar itu: rumah
telah jadi puing dan orang-orang
berangkat jauh

Tapi Tuhan masih di sini
mengutip air mata
menjadi rumah di seberang sana.

Pamulang, 9 Januari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Setelah Air Mata" karya Mustafa Ismail menggambarkan perjalanan emosional seseorang setelah mengalami penderitaan dan kehilangan. Dengan penggunaan imaji alam dan refleksi spiritual yang dalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perubahan, ketabahan, dan harapan dalam menghadapi cobaan hidup.

Imaji Alam dan Kehancuran

Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang perubahan alam yang dramatis, seperti pantai yang berpindah dan pohon sala yang tumbang di pasar. Ini menciptakan atmosfer kehancuran dan ketidakpastian, mencerminkan perubahan yang tak terduga dalam kehidupan yang bisa mengguncang fondasi keberadaan manusia.

Kesendirian dan Trah Kematian

Puisi ini melanjutkan dengan menggambarkan kesendirian dan kesedihan yang mendalam. Ada orang yang menangis sendirian dan yang bersenandung sendirian, lagu-lagu kematian. Hal ini menyoroti rasa kehilangan yang mendalam dan perasaan terpisah dari dunia sekitarnya, dihadapkan pada realitas kehidupan yang penuh dengan penderitaan dan kesulitan.

Perjalanan Hidup dan Ketabahan

Dalam bagian selanjutnya, puisi ini menekankan tentang perjalanan hidup yang masih panjang dan tantangan yang harus dihadapi. Ungkapan "buku-buku itu belum tuntas kita tulis" menunjukkan bahwa ada banyak hal yang belum terselesaikan dalam hidup ini, namun penting untuk tetap bertahan dan melanjutkan perjalanan meskipun rintangan dan kesulitan yang dihadapi.

Refleksi Spiritual dan Harapan

Puisi ini mencapai puncaknya dengan refleksi tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan manusia. Meskipun segala sesuatunya tampak hancur dan berantakan, Tuhan tetap hadir untuk mengutip air mata dan menjadi tempat perlindungan dan kedamaian di seberang sana. Ini menggambarkan harapan dan kekuatan spiritual dalam menghadapi penderitaan dan kehilangan.

Kesimpulan dan Pesan Moral

Puisi "Setelah Air Mata" karya Mustafa Ismail memberikan pesan yang mendalam tentang ketahanan, harapan, dan kehadiran spiritual dalam menghadapi cobaan hidup. Dengan gaya yang puitis dan penggunaan imaji yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan betapa pentingnya memiliki keyakinan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup yang tak terduga.

Dengan demikian, puisi "Setelah Air Mata" bukan hanya sekadar sebuah kisah pribadi tentang penderitaan dan perubahan, tetapi juga sebuah refleksi tentang kekuatan manusia dalam menghadapi cobaan dan harapan akan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah perjalanan kehidupan.

Mustafa Ismail
Puisi: Setelah Air Mata
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.