Puisi: Merindui Kampung dan Rumah (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Merindui Kampung dan Rumah" karya Sulaiman Juned menggambarkan kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman dan rumah, serta kehangatan ...
Merindui Kampung dan Rumah
(Di penghujung Ramadhan Menjelang Idul Fitri 2018)

Aku
merindui kampung dan rumah
berisi mawar dari setiap perjalanan
menyebar harum yang dititipkan Tuhan
menyulam kalbu dalam kabut. Anak-anak
menghidupi api di kepala - rindu bersarang
di lipatan benak.

Aku
merindui kampung dan rumah
tempat berteduh walau kabut merabunkan mata
sehingga bulan dan matahari hilang dalam pandangan

: di rantau, kami sepi dalam keramaian.

Ah!

Padang Panjang, 10 Juni 2018

Analisis Puisi:

Puisi "Merindui Kampung dan Rumah" karya Sulaiman Juned menggambarkan kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman dan rumah, serta kehangatan dan kenangan yang terkait dengannya.

Kerinduan yang Mendalam: Penyair mengekspresikan kerinduan yang sangat mendalam terhadap kampung halaman dan rumah. Ini tercermin dari pengulangan frasa "merindui kampung dan rumah" yang memperkuat perasaan kerinduan yang tak terukur.

Simbol Mawar dan Harum: Mawar di kampung halaman menjadi simbol keindahan dan harumnya kenangan. Mawar tidak hanya sebagai bunga, tetapi juga memancarkan harum yang dititipkan Tuhan, menciptakan suasana yang penuh dengan kehangatan dan kedamaian.

Kesederhanaan dan Ketenangan: Kampung halaman dan rumah dijelaskan sebagai tempat berteduh, meskipun terkadang diselimuti kabut. Meskipun kabut merabunkan pandangan, tempat itu tetap menjadi tempat yang nyaman dan penuh ketenangan.

Kesepian di Rantau: Penyair menciptakan kontras antara kerinduan akan kampung halaman dan rumah dengan kesepian yang dirasakan di rantau. Meskipun di tengah keramaian, mereka merasa sepi karena kehilangan ikatan emosional dengan kampung halaman.

Kesimpulan yang Menggugah: Puisi ditutup dengan seruan "Ah!" yang memberikan kesan keputusasaan dan rasa penyesalan atas kehilangan hubungan dengan kampung halaman dan rumah. Seruan ini juga mencerminkan perasaan kerinduan yang mendalam yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang sederhana, Sulaiman Juned berhasil menggambarkan kerinduan yang universal terhadap tempat asal dan kehangatan rumah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai kebersamaan, kehangatan, dan kecintaan terhadap akar dan identitas budaya.

Puisi
Puisi: Merindui Kampung dan Rumah
Karya: Sulaiman Juned

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • SomewhereTuris berpapasan, turis berpisahan, di meja makan, pada putih pasta tua,dan percakapan yang ditelan hujan. Somewhere, I met you somewhere.Di belakang itu suara batuk, lamp…
  • Kupu-KupuKupu-kupu itu akhirnya mencapai bungadan berhenti sejenak di sanaketika ulat ia telah memakan beberapa daunsetelah siang malam, cuaca dan anginmenggoncangkan kepompong itu…
  • Helsinki15/8/2005Di sebuah benua besar, matahari terbelah empat. Orang-orang hidup nyaman. Berbau wangi. Tinggal di rumah-rumah indah berpenghangat. Tak pernah merasakan ngilunya a…
  • Di Pelabuhan KecilKadang airmataku menjadi butiran garamYang berkilauan di bawah sinar bulanTanganku gemetar dan jemariku memercikkan airSebuah tembang mengalirkan masa kanak-kanak…
  • Takwil Terakhir apa yang masih bisa didengar dari sayap angin  yang merambati tiang awan menyeret bilangan pada usia yang terus merimbun seperti pohon tua keropos? ada…
  • Matinya Seorang Penggali KuburKubur tak pernah dinanti atau menanti, tak pernah menunggu atau ditunggupada suatu hari seorang ratu, atau jelata, sama saja, diterima kembali segala …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.