Puisi: Melukis (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Melukis" karya Sulaiman Juned mengajak pembaca untuk memahami dan merasakan keberadaan manusia dalam hubungannya dengan alam dan emosi.
Melukis

Aku
sedang melukis
gerimis dengan jiwa
teriris.

Aku
sedang melukiskan
hujan dengan hati
kuyub.

Aku
terpaksa melukiskan
wajahmu dengan api
agar hilang rupa
di sukma
ah!

Solo, 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Melukis" karya Sulaiman Juned adalah sebuah pengamatan yang mendalam tentang keberadaan manusia dan keterhubungannya dengan alam serta emosi. Dalam puisi ini, penyair mengeksplorasi nuansa emosi yang dalam dan kompleks melalui gambaran-gambaran yang sederhana namun kuat.

Metafora Lukisan sebagai Ekspresi Emosi: Puisi ini mengambil bentuk metafora lukisan untuk menyampaikan pengalaman emosional. Penyair menggunakan kata-kata yang sederhana namun kuat untuk menggambarkan proses melukis yang merupakan analogi dari perasaan yang sedang dialaminya.

Gerimis, Hujan, dan Api sebagai Simbol-Simbol Emosi: Penyair menggunakan elemen alam seperti gerimis, hujan, dan api sebagai simbol-simbol emosi yang mendalam. Gerimis menggambarkan rasa sedih yang halus namun menyayat, hujan mencerminkan kesedihan yang dalam dan intens, sementara api melambangkan kehangatan yang hilang dan kehancuran yang tak terelakkan.

Keterpaksaan dan Kehilangan Identitas: Puisi ini mencerminkan perasaan keterpaksaan dan kehilangan identitas. Ketika penyair menyatakan bahwa ia terpaksa melukiskan wajahmu dengan api, itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang telah hilang atau terbakar dalam hubungan mereka. Penggunaan kata "terpaksa" menyiratkan rasa putus asa dan kehilangan kendali atas situasi.

Kesedihan dan Kerinduan: Puisi ini juga merangkum rasa kesedihan dan kerinduan yang mendalam. Penyair mencoba mengekspresikan perasaannya yang teriris dan kuyub melalui lukisan-lukisan imajiner. Ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kehampaan dan kerinduan yang melanda hati.

Refleksi atas Kehidupan dan Perasaan: Melalui puisi ini, pembaca diundang untuk merenungkan arti kehidupan dan perasaan manusia. Penggunaan kata-kata yang sederhana namun bermakna dalam puisi ini memberikan kesempatan bagi pembaca untuk memasuki dunia emosi penyair dan merenungkan perasaan-perasaan yang mungkin mereka alami sendiri.

Dengan penggunaan gambaran-gambaran yang kuat dan kata-kata yang sederhana namun bermakna, puisi "Melukis" karya Sulaiman Juned mengajak pembaca untuk memahami dan merasakan keberadaan manusia dalam hubungannya dengan alam dan emosi. Puisi ini menjadi sebuah cermin yang memantulkan kedalaman dan kerumitan perasaan manusia dalam menghadapi kehidupan dan hubungan antarmanusia.


Puisi
Puisi: Melukis
Karya: Sulaiman Juned

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Beri Aku “M” beri aku R supaya kencingku lancar dan darahku menderu-deru beri aku P agar otakku kerja keras dan rohku berkeringat, tidak gatal tidak sedih, tida…
  • Burung Engkau burung engkau yang tegang dan bertengger bagai hakim sedang bludrek kutembak kau dengan panah asmara yang panas dan membara bagai bedil agar kita be…
  • Kau adalah Deritabagilah deritamuandai bisajuga kepadakuhanya tak yakinaku mampuseperti kausangat tangguhmemikul beban deritasejak kapanderita bersamamumenghuni rumahmumerasuki mim…
  • Tercium Belum sesampai di tungkai darahku rokok napasku mengepul dan detak mataku meretap panas, panas bau sorga, bau neraka bau tuhan, bau setan sesampai di ma…
  • Perkara perkara daun-daun aku belum soal lampu atau cangkir aku hampir kurang dua menit lagi awas tentang lonte, aspal, kuburan atau tuhan aku sudah bosan janga…
  • Takdirbatang lehermu dipancungdarah mengucur di tubuhkuJakarta, 23 Juni 2011Puisi: TakdirKarya: Aspar PaturusiBiodata Aspar Paturusi:Nama asli Aspar Paturusi adalah …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.